Gembar-gembor demo protes atas sikap pemerintah yang melempem atas insiden silang-sengketa perbatasan NKRI dan Malaysia semakin memanas kian hari. Sampai-sampai ada yang mebentuk laskar-laskar segala macam Laskar Pelangi saja. Perbuatan yang tidak menjunjung moral bahkan dipertunjukkan oleh sebagian orang dengan melempar -maaf- tinja ke halaman kedubes negeri jiran itu. Maka tak heran jika ini juga memancing emosi warga sana. Sebagai pribadi, saya mendukung semangat yang diusung untuk menambah amunisi keberanian para diplomat kita yang selalu saja memutuskan segala halnya dengan kompromi. Sudah cukup Sipadan-Ligitan melukai bangsa ini, jangan ditambah lagi. Dagelan malah dimunculkan dengan 'barter' antara tiga petugas DKP dan nelayan Malaysia yang masuk ke wilayah perairan NKRI tanpa izin. Demo-demo itu muncul akibat sikap pemerintah yang tak kunjung menampilkan semangat nasionalisme dan patriotisme. Wajar saja kalau kita geregetan (sing by Sherina Munaf). Ini bukti kalau nasionalisme rakyat tidak sepenuhnya pudar akibat gempuran globalisasi. Ketika bangsa ini dilukai, otomatis semua elemen bangsa pun ikut merasakan pedihnya. Tapi, kenapa harus ditunjukkan dengan cara-cara anarkis semacam itu? Tunjukkan kalu bangsa kita lebih SUPERIOR dengan PRESTASI. Ya, prestasi di segala bidang. Tunjukkan kalau bangsa kita lebih baik dari mereka. Tunjukkan dengan cara yang santun. Anda tentu pernah melihat film kartun Ipin&Upin, bukan? Kawan, sampai saat ini saya melarang putri kecil saya untuk menontonnya. Bukan karna isi filmnya, karena malah menurut saya, harus diakui bahwa film itu sangat bagus. Tapi karena hal kecil saja, yaitu karena film ini tidak di-alih suara-kan (dubbing) dalam Bahasa Indonesia. Meski memang, bahasa yang digunakan tidak beda jauh dan masih serumpun dengan bahasa di daerah Sumatera. Tapi, anak sekecil itu yang daya serapnya tinggi memunculkan kekhawatiran bagi saya kelak dia malah bicara dengan logat bahasa Malaysia. Kalau saja saya jago membuat film animasi semacam itu, sudah pasti saya akan bekerja keras untuk memproduksi film tandingan versi Indonesia. Itulah salah satu contoh menunjukkan PRESTASI kita. Sekali lagi, itu hanya contoh kecil saja. Presiden punkembali menampilkan retorika semata menanggapi polemik ini. Bahkan ada yang bilang, pidatonya bak pengajian saja. Masyarakat menunggu pidato yang menggelegar. Kita rindu pemimpin yang tegas dan bearni mempertahankan harkat dan martabat bangsa ini. Kita berdoa saja, semoga nyali para wakil kita dapat berbuat lebih dengan diplomasi yang menunjukkan semangat patriotik. Jangan manggut-manggut saja! Jayalah Indonesiaku!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H