Lebaran Idul Adha, atau yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, adalah salah satu perayaan penting dalam Islam yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah. Lebaran ini memiliki makna religius yang mendalam, menggambarkan ketaatan dan pengorbanan, serta berbagi dengan sesama.
Kisah utama yang melatarbelakangi Idul Adha adalah pengorbanan Nabi Ibrahim AS. Menurut sejarah Islam, Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah SWT untuk mengorbankan putranya, Ismail, sebagai bentuk ketaatan dan kepatuhan yang luar biasa. Namun, atas kebesaran Allah, Ismail digantikan dengan seekor domba tepat saat hendak dikorbankan. Peristiwa ini menjadi simbol ketaatan total kepada perintah Tuhan dan pengorbanan yang tulus.
Idul Adha tahun ini menjadi momen yang istimewa bagiku. Di hari penuh berkah ini, hatiku bergetar dua kali. Pertama, karena aku kembali dipercaya untuk melaksanakan penyembelihan hewan kurban di Masjid Alhidayah Desa Nusamakmur. Rasa syukur dan bangga menyelimuti hatiku atas kesempatan mulia ini.
Empat sapi dan sembilan kambing telah disiapkan untuk dikurbankan. Bagi yang mampu, momen ini menjadi kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah kurban. Aku pun melaksanakannya dengan penuh keikhlasan, tanpa memikirkan pamrih.
Usai penyembelihan, doa kupanjatkan agar ibadah kurban ini diterima Allah SWT. Doa ini tak hanya untuk kelancaran kurban, tapi juga untuk rasa syukur atas nikmat iman dan Islam yang senantiasa memandu langkahku.
Getaran kedua menyelimuti hatiku saat teringat bahwa tepat 57 tahun lalu, aku dilahirkan ke dunia ini di hari raya Idul Adha. Sebuah kebetulan yang indah dan penuh makna. Tak heran orang tuaku memberi nama anak pertamanya dengan Saepul Adha, sebuah penanda momen istimewa kelahiranku di tengah gema takbir dan shalat Ied.
Mungkin karena namaku atau karena keturunan bapak dan kakekku yang berprofesi sebagai tukang sembelih kurban, setiap Idul Adha aku selalu diminta tolong untuk menyembelih hewan kurban dan aqiqah. Padahal, dulu aku adalah seorang penakut. Melihat darah saja sudah membuat kepalaku pusing.
Namun, seiring waktu, rasa takut itu perlahan sirna. Aku mulai terbiasa dengan suasana penyembelihan dan memahami makna di baliknya. Kini, aku merasa bersyukur atas kemampuan ini, karena dapat membantu meringankan beban orang lain dan menjadi bagian dari momen penuh berkah ini.
Idul Adha tahun ini menjadi pengingat bagiku tentang nikmat iman, Islam, dan rasa syukur atas karunia hidup. Semoga ibadah kurban yang dilakukan hari ini diterima Allah SWT dan membawa berkah bagi semua. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H