Lihat ke Halaman Asli

Berinfaq dengan Harta yang Baik dan Disenangi

Diperbarui: 11 April 2024   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Selasa sore pukul 16.30 saya mendapatkan WA yang isinya memohon saya untuk menjadi Khotib dan Imam Shalat Iedul Fitri di mesjid yang 'pengirim WA pimpin' kepengurusan mesjidnya. Saya jawab in sya Allah. Kemudian saya menuju ruangan tempat saya mengetik dan membuka Laptop, saya membuka Folder Khutbah kemudian saya klik folder Iedul Fitri. Saya mencari materi yang pernah saya sampaikan di mesjid tersebut, dengan pertimbangan jangan sampai materi berulang.

Setelah membuka beberapa file, saya memutuskan untuk menyusun khutbah dengan tema gotong royong topiknya tolong menolong dalam kebaikan dengan dasar utama qur'an surat Al-Maidah ayat 3, didukung dengan surat Ali Imran (3;92), At-Taubah (9;111).

Qur'an surat Al-Maidah ayat 2 berbicara tentang tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa, surat Ali Imran (3;92) berinfaq dengan harta yang baik dan disenangi, adapun surat At-Taubah (9;111) berisi tentang orang yang menginfaqkan hartanya akan dibalas surga oleh Allah.

Paginya kami sekeluarga berangkat menggunakan mobil dengan pertimbangan kalau pakai motor riskan jatuh karena jalannya licin setelah semalam hujan deras, maklum jalan di desa masih tanah, belum tersentuh aspal (hehehe)

Kami masuk ruangan masjid (yang laki-laki) dan perempuan kebagian di serambi depan dan halaman masjid. Ketika masuk dua saf depan sudah terisi, saya kemudian duduk di saf ketiga tepat di depan mimbar.

Di Masjid siapapun yang datang duluan dia berhak untuk duduk di saf yang paling depan. Tidak ada aturan bahwa saf depan adalah untuk pejabat atau pengurus masjid, karena di hadapan Allah semua sama kedudukannya sebagai hamba, dan kata Allah dalam firmannya 'yang paling mulia di sisi-Nya adalah yang paling taqwa'. Ketika tiba waktunya, saya mengimami shalat dan selanjutnya khutbah. Singkat cerita khutbah saya selesai.

Ketika selesai shalat iedul fitri saya keluar duluan dari lingkungan masjid dan langsung masuk mobil yang sudah dinyalakan oleh anak saya. Kami menunggu istri saya di dalam mobil. Istri saya keluar dari gerbang Masjid dan masuk bersamaan dengan dua orang anak perempuan saya. 

Saya bertanya pada istri saya, "kok ibu nggak bawa sajadah, apa ketinggalan ?". "dikasihkan orang pak", istri saya menjawab. "La kok bisa ?" sambung saya. "iya, tadi saat shalat orang disamping memegang dan mengusap sajadah ibu sambil berucap 'alangkah bagus dan lembutnya sajadah ibu ini, kapan saya bisa kebeli yang seperti ini ya', sepertinya ia menginginkan sajadah ibu, jadi setelah selesai shalat, ibu kasihkan saja sajadah itu". "Waduh, kan sajadah itu baru dan ibu senang dengan sajadah itu" kata saya. Isteriku menjawab "kata pak Ustadz kalau sedekah itu adalah harus barang yang bagus dan yang disenangi". Saya langsung terdiam dan berbicara dalam hati 'wah langsung diamalkan ini khutbah saya tadi'.

Demikian sekelumit kisah di hari yang fitri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline