Lihat ke Halaman Asli

Jadikan Aku yang Pertama (Cerbung Bagian 2)

Diperbarui: 10 Mei 2023   09:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Begitu mendapat telpon dari Sarah, Rei langsung sigap mengganti pakaian. Terlihat buru-buru sekaligus tergesa-gesa, rambut cepaknya disisir-sisirnya dengan jari, ia pun mematut-matuti di depan kaca, barangkali ada 'belek'yang bisa ia seka sehiginis mungkin. Aku yang sedang memakai pakaian di pojokan kamar, hanya bisa memandangi punggung laki-lakiku, yang sedang bersolek. Lagi-Lagi aku hanya bisa memendam kekecewaan dan kecemburuan ini di ulu hati. Aku harus pandai menyembunyikan raut wajahku, meskipun getir.

"Yang, aku jemput Sarah dulu ya.."katanya sembari membawa tas. Rei berjalan ke arahku, kemudian mencium keningku dengan lembut. "Senyum dong yang...besok aku datang lagi.."katanya lagi tersenyum manja.

"Nginep?"jawabku memastikan.

"Belum waktunya, harus ada alasan tepat yang. Sarah akhir-akhir ini sedang sensitif".

"Ya terus kapan?"kataku lagi, cari perhatian.

"Sampai ada momen yang tepat..yah? oke? aku pergi dulu yah..telat nih.."

Tanpa menghiraukanku lagi, Rei langsung melengos pergi, setengah berlari, seakan-akan Sarah akan memakannya jika benar-benar terlambat. Sementara itu, pandanganku belum sanggup kulepas sampai akhirnya punggung Rei benar-benar menghilang di hadapanku. Untuk kesekian kalinya, kuhelakan nafas, sungguh, aku merasa capek dengan kenyataan ini, tidak ada yang mau hidup dalam kepura-puraan, bertindak seperti tidak ada hubungan apa-apa, bertemu dalam diam, bercinta namun harus berpura-pura tidak bercinta, bersama namun harus terlihat tidak bersama, hidup macam apa ini?

Tuhan..sampai kapan aku seperti ini? aku benar-benar telah terperangkap pada lingkaran setan. kaki ini tak snaggup beranjak dari rasa cinta yang riskan dan tak semestinya ini. Apa yang paling hina dari kelakuan diri ini mencintai suami orang?'

Mulai..mulai lagi, hati ini mulai gelisah lagi, perasaan tidak tenang telah menguasai diri, rasa gusar tak ter-elakkan lagi. Tiba-Tiba ku ingat Emak-ku di kampung, tiba-tiba pula kuingat salat. Kulangkahkan kaki..ku nyalakan kran air, kuterkesiap meraup air wudhu. Seketika ketenangan menjalari area hati.

***

Pagi menjelma, sepertinya sang dewi malam telah berhasil di-depak sang mentari pagi. untuk menjalani perannya. Tak ada kicauan burung, karena memang tak sepantasnya ada burung di tengah hingar bingarnya kota Jakarta. Panasnya pagi telah begitu menyengat, tidak tahu, apakah sinarnya menyehatkan atau tidak? siatuasi ini membuatku dilema, apakah harus bertindak 'segar'atau berpura-pura 'segar?'. Sementara itu, hiruk pikuk kota Jakarta mulai terasa, sang metropolitan mulai sibuk lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline