Gambar-gambar ditebar serampangan di seluruh penjuru. Penuh sesak berjejal. Mereka berlomba bergaya tebar pesona. Sungguh menusuk mata. Hilanglah wajah indah dan asri kota kita.
Apakah cara seperti ini telah efektif mencapai dua tujuan, yaitu agar calon dikenal dan dipilih?
Rasanya belum, tidak. Justru kami merasa terganggu. Kenyamanan pemandangan diperkosa ambisi dan napsu berkuasa.
Harus dipikirkan cara paling elegan untuk memperkenalkan para calon legislator, calon pemimpin daerah, bahkan pemimpin nasional. Memajang gambar wajahnya di seluruh permukaan kota dan desa, sungguh bukan cara yang bermartabat. Wajah kota yang senantiasa "diropea" dan diperindah rusak mengenaskan karenanya.
Hilang rasanya citra indah kota kita. Tak ada pertimbangan dan akal sehat dalam memajangnya, semua tempat dianggap layak untuk dipasangi gambar.
Karena untuk kepentingan sementara, pemasangan terkesan asal-asalan. Gambar yang besar dan dibuat berbingkai kayu atau bambu dan dipasang begitu saja di pinggir jalan. Hujan dan angin sedikit kencang saja akan merobohkannya. Ini membahayakan pengguna jalan.
Apakah KPU atau Bawaslu telah menetapkan aturan tentang penempatan gambar-gambar itu? Jika ada, apakah pelaksanaannya telah diawasi dengan baik? Apakah yang melanggar telah diingatkan dan ditindak?
Mari kita pikirkan cara yang elegan dan bermartabat untuk memperkenalkan calon pemimpin dan calon wakil rakyat kita.
@salam dari Asep Nurjamin di Bumi Guntur Melati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H