Lihat ke Halaman Asli

Asep Nurjamin

suka menulis dan membaca puisi

Mengapa Mesti Mengeluh?

Diperbarui: 13 Desember 2018   22:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

lifepersona.com

Mengapa Mesti Mengeluh?

Setiap hari dan setiap saat kita berhadapan dengan masalah. Masalah dengan pasangan hidup, masalah dengan teman di tempat kerja, masalah dengan tetangga, bahkan masalah dengan diri sendiri.

Hampir tidak ada satu perkara pun yang tidak akan menimbulkan masalah. Seseorang yang terlalu memperhatikan kecantikan wajahnya, dengan segera akan menemukan masalah dalam wajahnya. Bisa saja masalah kulit wajah atau masalah bentuk hidung, bibir, pipi, dahi, alis, mata, komedo, jerawat, bahkan hal lain yang sebenarnya tidak terlalu signifikan perannya bagi kecantikan wajahnya.

Belum lagi jika bicara bagian badan lainnya. Semua itu menjadi masalah sebagian besar karena merasa bentuknya yang tidak sempurna. Padahal masalah yang sesungguhnya adalah manakala ada bagian dari anggota tubuh yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Sikap pasangan hidup, perilaku teman sekerja, kebiasaan buruk anak adalah sebagian saja dari perkara lain yang dapat menjadi sumber masalah. Rasanya begitu banyak masalah yang harus dihadapi, begitu berat beban hidup kita, betapa terhimpit hidup dan perasaan kita.

Dalam kondisi seperti itulah kita mengeluh, mengadukan semua persoalan, membagi semua beban derita yang dialami. Dicarilah orang yang sekadar mau mendengar dan menampung semua keluhan kita. Dan kita lupa bahwa orang yang menjadi tempat curahan keluhan itu pun memiliki masalah juga.

Dia itu seperti kita. Menjalani hidup setiap hari dengan menghadapi berbagai persoalan pula. Bahkan, mungkin dia memiliki masalah yang jauh lebih banyak dan lebih rumit. Kelebihan dia adalah "kesediaannya mendengar keluhan kita".  Apakah dia orang yang tepat untuk menampung semua keluhan kita? Tak ada jaminan.

Bisa saja dia mengisahkan keluhan kita kepada orang lain. Padahal yang kita keluhkan adalah aib bagi diri dan keluarga kita. Mungkin dia akan terus memaksakan diri untuk menerima aemua keluhan itu. Apakah dia tulus? Jangan-jangan ada maunya.

Jika kita asal mengeluh, itu sama artinya dengan, maaf, "membuang air" sembarangan. Kita membuangnya tanpa memikirkan akibatnya. Disadari atau tidak, perbuatan ini, cepat atau lambat akan menimbulkan masalah baru. Maksud hati ingin meringankan beban, malah akan menimbulkan persoalan baru yang bisa  lebih rumit.

Kepada siapa kita mengeluh?

Tak ada seorang manusia pun yang tidak mengalami masalah dalam hidupnya. Setiap orang memiliki masalah sendiri yang unik dan rumit. Akan tetapi, tidak semua orang memiliki dada yang lapang untuk menerima setiap masalah. Sedikit sekali orang tangguh yang tak goyah didera masalah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline