Kabut turun perlahan di pelataran hutan Kamojang,
membelit pinggang pohonan,
melepas pakaian kehangatan,
menawarkan dingin yang sepi bersama angin yang terus merajuk minta bertemu
Kabut yang jernih dan ramah datang diam-diam,
sebagain mengendap melahirkan titik air yang jatuh perlahan di ujung daun yang runduk,
pada cemara yang tegak, kabut berbisik sepoi berdesis lrih,
serupa alam yang berbicara pada dirinya sendiri
Tak ada kata-kata,
sebaris sajak pun tidak,
sebab semua hanya bergejolak pada rongga dada,