Lihat ke Halaman Asli

Ironi Matematika: Membungkus "an Ugly Body"

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


Semester 7, aku mulai mempersiapkan penelitian skripsiku. Skripsi Pendidikan Matematika, dan aku berencana untuk memilih Komunitas Adat Baduy sebagai bahan skripsiku nanti.

Bermula dari Seminar Pendidikan Matematika 3 bulan lalu di UPI-kampusku, aku membawakan makalah hasil penelitianku yang berjudul "Eksplorasi Etnomatematika Dalam Produk Masyarakat Baduy", setelah kuhabiskan beberapa hari di Baduy.

Catatan demi catatan hasil seminar itulah yang menginspirasiku untuk menyusun skripsi dengan tema besar Etnomatematika di Baduy.

Apa sebenarnya Etnomatematika?

Ketika di Seminar Pendidikan Matematika itu, hasil kajian teoriku menunjukkan bahwa di tahun 1970-an, para matematikawan internasional mulai memperhatikan aspek-aspek sosial dan budaya dari pendidikan matematika dan dari ilmu matematika. Aku saat itu sama sekali tidak bertanya, mengapa tiba-tiba para matematikawan harus memperhatikan aspek-aspek sosial dan budaya?

Bukti yang mendukung bahwa para matematikawan internasional ketika itu mulai peduli dengan aspek sosial dan budaya dapat dilihat dari simpulan-simpulan pertemuan para matematikawan, contohnya adalah pada ICME (International Congress on Mathematics Education).

Seiring berjalannya waktu sejak seminar itu, aku mulai banyak berdiskusi, mengkaji beberapa literatur lain, terutama dari tulisan Urbiratan D'Ambrosio (seorang yang mula-mula mencetuskan istilah "ethnomathematics"). Melalui salah satu tulisannya, aku dapat sedikit mengerti mengapa para matematikawan ketika itu mulai memperhatikan aspek sosial dan budaya dari ilmu dan pendidikan matematika.

Menurut D'Ambrosio, hampir semua ahli sepakat bahwa matematika adalah tulang punggung dan aktor penting (the dorsal spine) peradaban manusia. Manusia menjadi modern dengan memanfaatkan matematika sebagai tulang punggung. Ya, matematika telah terintegrasi dengan sangat baik ke dalam dunia industri, teknologi, ekonomi, bahkan sistem politik, yang oleh karena itu peradaban manusia menjadi demikian maju dan modern. Namun, pengamatan yang sepintas saja terhadap realita menunjukkan fakta bahwa peradaban manusia yang modern ini justru penuh dengan kekotoran, prasangka buruk, kumuh, bengis, dan licik. Sebuah dorsal spine yang sempurna, yakni matematika, justru membungkus an ugly body, peradaban manusia saat ini.

D'Ambrosio mempertanyakan, bagaimana mungkin muncul sebuah tubuh yang demikian buruk, padahal jiwa yang menyusunnya adalah sesuatu yang indah?

Oleh karena itulah muncul ide-ide, gagasan, diskusi, dan penelitian tentang aspek-aspek budaya dan sosial dari matematika, yang di kemudian hari penelitian itu dikenal dengan nama ethnomathematics. Singkat saja, ethnomathematics adalah sebuah metode untuk mencari dan menganalisis proses-proses Generalisasi, Transmisi, Difusi, dan Institusionalisasi dari pengetahuan matematika yang ada pada aktivitas budaya. Ya, dunia pendidikan terutama kelas matematika di sekolah-sekolah akan sangat terkait erat dengan ethnomathematics terutama apabila perkembangan penelitiannya telah sampai pada tahapan Institusionalisasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline