Lihat ke Halaman Asli

Bentengi Generasi Muda dari Paham Terorisme

Diperbarui: 14 Desember 2015   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

ISIS menjadi fenomena mengejutkan sejak beberapa tahun terakhir ini. Sejak terjang perilaku kekerasan yang mencengangkan dunia, aksi teror bom yang mencemaskan dan berbagai propaganda lain yang membuat dunia terhenyak.

Ya, fenomena ISIS telah menggoncang dunia. Rekrutmen besar-besar yang terjadi, tidak hanya melibatkan warga dari negara-negara muslim atau mayoritas muslim. Akan tetapi, perekrutan telah memikat warga negara Barat seperti Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Australia, bahkan Amerika Serikat.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) beberapa waktu lalu melansir ada ratusan warga Indonesia tergabung dengan ISIS. Rata-rata yang “terjaring” adalah para pemuda sekitar usia kurang dari dari 25 tahun, berpendidikan tinggi, dan tidak punya rekam jejak ikut pelatihan aksi teror.

Fakta tersebut tentu membuat kita bertanya-tanya. Apa yang menyebabkan generasi terdidik ini bisa mudah tergoda, terhasut dan terpedaya oleh ideologi dan propaganda kelompok radikal terorisme.

ISIS dinilai menggunakan kekuatan teknologi dan informasi internet sebagai sarana penyebaran ideologi. Ya, kelompok ini terbukti berhasil memanfaatkan media sosial sebagai sarana propaganda sekaligus rekuritmen keanggotaan. Tidak sedikit anak muda yang bergabung dengan ISIS melalui propaganda dan jejaring pertemanan di media sosial.

Sebagai informasi, kelompok ISIS adalah sebuah jaringan kekuatan kelompok milisi nasional yang ada di Irak dan Suriah yang saat ini telah menjadi terorisme transnasional baru. Awalnya kekuatan milisi nasional tidak puas dengan pemerintahan paska Saddam Hussein yang dikuasai kelompok Syiah. Mereka berafiliasi dengan Al-Qaeda atau AQI.

Mereka memberikan pengaruh pada tokoh-tokoh radikal di Asia Tengah  seperti di Kyrgistan, Tajikistan dan Turkmenistan. Tokoh Taliban di Pakistan juga sudah bergabung dengan ISIS. Bahkan pengaruh ISIS ke Indonesia melalui tokoh dan kelompok radikal teroris lama.

Nah, kemunculan ISIS di Indonesia tidak lepas dari karakter geografis dan kultural masyarakat kita yang dianggap keras. Perilaku kekerasan masaih menonjol sehingga gampang sekali dimasuki paham radikal terorisme.

Karena itulah, pihak-pihak terkait, baik itu pemerintah melalui BNPT, kepolisian, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, para ulama, pendidik, hingga masyarakat di lingkungan rumah harus bekerja sama membentuk rumusan dan solusi terbaik bagaimana membentengi generasi muda dari pengaruh paham atau ideologi radikal terorisme.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline