Lihat ke Halaman Asli

Membuat Seksi Isu Pencegahan Terorisme

Diperbarui: 27 November 2015   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemberitaan mengenai terorisme umumnya mengabarkan tentang dampak-dampak buruk yang diakibatkannya. Jarang sekali media massa memberitakan mengenai upaya-upaya penanggulangan terorisme, baik berupa kabar pencegahan maupun deradikalisasi.

Hal tersebut terjadi lantaran berita mengenai serangan aksi teror lebih 'seksi' dalam menjaring opini khalayak, dan berlawanan dengan kabar penanggulangan yang seringnya hanya melintas sesaat. Namun, pengecualian untuk kabar-kabar penanggulangan terorisme berupa proses penangkapan teror dan rangkaian penindakan hukum yang mengikutinya, atensi khalayak terhadap berita-berita mengenainya masih besar. Tetapi bukankah berita-berita seperti itu juga memuat kabar tentang kerusakan yang disebabkan aksi teror? Bahkan rasanya sulit menemukan bentuk sosialisasi pencegahan terorisme di dalamnya.

Ketika muncul berita-berita mengenai upaya pencegahan terorisme di media massa, umumnya hanya berbentuk kabar selingan dan jarang diperhatikan dengan seksama. Saya sesumbar mengatakan hal ini karena seringnya menemui ketidaktahuan banyak orang terhadap upaya-upaya pencegahan terorisme yang dilakukan oleh pemerintah. Bahkan beberapa di antaranya masih ada yang belum mengetahui apa itu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai salah satu perwakilan utama pemerintah dalam menanggulangi isu terorisme di tanah air. Padahal, BNPT dan pihak-pihak berwenang lainnya telah bekerja sama melakukan kampanye masif kepada masyarakat mengenai pentingnya kewaspadaan terhadap terorisme.

Saya berpikir bahwa ada baiknya media massa mulai perlahan mengubah bentuk penyampaian berita kampanye anti kekerasan, dari yang sebelumnya tampak seperti pendiktean menjadi kabar yang membumi dengan menyentuh beberapa lanskap kehidupan masyarakat luas. Hal jni sebenarnya telah mulai disadari oleh pemerintah yang aktif menghadirkan sosialisasi anti kekerasan di berbagai daerah di Indonesia dengan pendekatan multi lingkup.

Dua gebrakan kampanye terbaru yang dilakukan dalam upaya pencegahan terorisme adalah gelaran festival budaya di Yogyakarta pada bulan Oktober lalu dan penanda tanganan nota kesepahaman mengenai SOP penanganan terorisme di perkereta apian Indonesia. Budaya dinilai memiliki medium yang kuat dalam menyampaikan pesan-pesan perdamaian dengan cara yang lebih luwes untuk diterima oleh khalayak luas. Sedangkan transportasi kereta api dinilai cukup rawan, selain dunia perbangan, terhadap ancaman terorisme. Beberapa serangan teror di jaringan kereta api Eropa pada dekade awal 2000-an adalah bukti bahwa sektor transportasi massal pun menjadi sasaran terorisme sebagai gertakan dalam melenggangkan cita-citanya yang kejam.

Kabar berita mengenai dua hal tersebut lumayan banyak bermunculan dan apresiasi masyarakat pun kian terbangun, walau masih jauh dari harapan. Namun setidaknya, khalayak pun perlahan peduli terhadap pentingnya menjaga kewaspadaan terhadap ancaman terorisme. Lebih dari itu, masyarakat juga perlahan kian mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mendukung penanggulangan terorisme di Indonesia.

Mungkin satu hal lain yang perlu ditindak lanjuti adalah kebutuhan akses cepat dan efektif bagi masyarakat dalam berkoordinasi dengan pemerintah jika ditemui adanya potensi terorisme di sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline