Lihat ke Halaman Asli

Asep Ikhwan

Pegiat sosial enterpreneur yang mengelola yayasan pendidikan

Budaya Riset di SMK

Diperbarui: 13 Desember 2022   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi


Salah satu faktor yang menentukan daya saing bangsa adalah seberapa jauh tingkat inovasinya. Parameter yang mudah serta objektif yang dapat digunakan adalah jumlah aplikasi paten di sebuah negara.  Penelitian ilmiah dan riset adalah kunci kemajuan sebuah bangsa.Kenapa Indonesia pada saat ini tertinggal dari banyak Negara yang lebih dahulu maju jawabannya adalah kurangnya kegiatan Penelitian/riset yang dilakukan baik dilembaga pendidikan Tinggi atau membudayakan Riset sejak dini disekolah.

Pada tanggal  17 juli 2010 pada Harian Umum Republika, Pihak Iembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meminta agar budaya penelitian ilmiah mulai dikembangkan di sekolah-sekolah, terutama di Sekolah Menengah Atas (SMA). Permintaan itu disampaikan, menyusul adanya kecenderungan pergeseran kegiatan ekstrakurikuler maupun intrakurikuler di sekolah-sekolah yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat konsumtif dan hura-hura. Penulis sebagai pegiat pengembangan Teknologi informasi dan komunikasi sejak tahun 2002 di SMK YASTI Cisaat sekaligus sebagai Guru dan ketua program keahlian teknik computer dan jaringan SMK YASTI yang pertama, telah membuat beberapa penelitian / riset yang berhubungan dengan pengembangan Teknologi Wireless LAN di Sukabumi. 

Pada tahun 2002 kami mengajukan program Jarnet ke Dikmenjur dan mendapat bantuan hibah untuk membuat akses jaringan komputer di sekolah, pada saat itu kami mencoba share telkomnet instan ke 10 PC, cukup lumayan untuk ukuran sekolah didaerah. Kemudian tahun 2003 kami mendapat fasilitas bantuan JIS (Jaringan Informasi Sekolah) dan kami bisa share dengan sekolah lain dengan ujicoba Wireless Lan dan diujicobakan akses melalui modem dan akses FREN . Pada Tahun2005 kami mendapat bantuan ICT Center dan kami membangun syurga akses internet murah melalui pengembangan Wide Area Network (WAN) KOTA melalui akses frekuensi 2,4 GHz. 

Akses yang didapat berasal dari subsidi melalui VSAT IM 2 Indosat , Alhamdulillah ketekunan kami dalam memperjuangkan akses internet murah ke sekolah dan komunitas masyarakat mendapat dukungan dari pihak Dinas, pemda dll. Kami memiliki 12 klien sekolah, 3 warnet dan 5 orang perorangan guru. Kemudian tahun 2006 kami mengembangkan perangkat WAJANBOLIC (bahan diambil dari www.sukabumidigital.blogspot.com Blog yang dikelola penulis). Tahun 2002 adalah awal SMK YASTI masuk sebagai SMK BERBASIS RISET pertama di Sukabumi dan menjadi innovator dalam pengembangan Antena (DIY) wajanbolic sebagai antenna alternative  pengganti antenna Grid yang cukup mahal harganya pada saat itu.

Pengalaman kami yang cukup panjang dalam bidang penelitian dan riset bidang ICT telah membangun brand image baru sebagai SMK ICT Center di Kab Sukabumi yang menjadi pusat layanan TIK tingkat kabupaten sampai pada tahun 2016 kami ditunjuk oleh Ditpsmk Kemendikbud pusat sebagai Pusat Pelatihan Teknologi Fiber Optik bagi smk di jawa barat bersama smkn 4 kota tasikmalaya dan menyelenggarakan workshop Fiber optic bersama Apjatel dan Ditpsmk.

SMK Berbasis Riset adalah kunci inovasi pendidikan vokasi dalam membangun kemandirian dalam layanan pendidikan menengah kejuruan yang berdaya saing tinggi dan bisa bertahan di era disrupsi dan persaingan global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline