Indonesia tepat berusia 74 tahun. Setiap tanggal 17 Agustus jadi momentum kebahagiaan bagi Republik Indonesia sebab berhasilnya kemerdekaan diproklamirkan.
Banyak cara untuk berkontribusi bagi kemerdekaan Indonesia. Apalagi di usia RI ke 74 tahun. Agar tujuan kemerdekaan tak sia-sia.
Salah satunya: berkontribusi mengisi ruang kemerdekaan melalui sektor pertanian. Indonesia sudah dikenal sebagai bangsa yang kaya sumber komoditas pertanian (pangan). Stigma Negara Agraris telah melekat.
Harus diakui; Menteri Pertanian Amran Sulaiman adalah sosok yang berbuat positif mengisi kemerdekaan Indonesia. Melalui tugas jabatan yang diembannya. Dapat dikatakan: pertanian Indonesia masa Menteri Amran benar-benar 'merdeka'.
Tahun 2017, Menteri Amran mampu 'memerdekakan' kinerja pertanian bangsa. Inflasi pangan yang kerap jadi momok mengerikan, berhasil ditekan paling rendah sepanjang sejarah sejak Indonesia merdeka. Hanya 1,26 persen.
Akhirnya, masyarakat merasa 'merdeka'. Tak lagi takut 'dijajah' tingginya harga pangan. Setiap tahun --terutama saat Ramadhan dan Lebaran-- Menteri Amran mampu mengendalikan harga. Relatif tak ada harga pangan bergejolak.
Menteri Amran juga berhasil 'memerdekakan' Indonesia dari jeratan impor pangan yang sebelumnya selalu terjadi. Malah dibalik prestasi ekspor pertanian selama 4,5 tahun terakhir terus meningkat.
Tahun 2013, jumlah ekspor produk pertanian 33,5 juta ton. Kemudian tahun 2016 mengalami dua kali kenaikan mencapai 36,1 juta ton dan 40,4 juta ton.
Tahun 2017, ekspor produk pertanian bertambah lagi jumlahnya yakni 41,3 juta ton. Tahun 2018, ekspor produk pertanian mengukuhkan jumlah sebesar 42,5 juta ton.
'Kemerdekaan' lain yang berhasil dibawa Menteri Amran adalah 'menumpas' mafia pangan. Harus diakui: mafia pangan adalah sumber masalah pertanian di Indonesia. Yang menggerogoti kebijakan harga dan impor.
Sebanyak 728 mafia pangan telah ditindak tegas selama masa Menteri Amran. Ada 409 mafia pangan telah dipenjara dan sisanya masih menjalani pemeriksaan hukum.