Tidak semua yang saya dengar, lihat, rasakan, benar-benar terekam dalam memori. Sekali lagi, karena keterbatasan saya. Termasuk pengaturan memori mana yang harus diingat, selalu standby, untuk memastikannya pada saat saya membutuhkannya kapan saja saya masih tidak bisa.
Ada juga saat-saat ketika saya tiba-tiba merasa seperti telah melupakan sesuatu, tetapi ketika saya membutuhkan sesuatu, tiba-tiba terlintas dalam ingatan saya. Ada juga yang selalu saya ingat, lalu saya butuh ingatan, tiba-tiba merajuk dan hilang begitu saja. Bahkan tidak sedikit yang saya tidak ingat. Kemudian ketika saya 'menelepon' dia karena saya membutuhkannya, dia tidak menunjukkan hidungnya sama sekali.
Terkadang saya sangat senang menjadi kasar ketika berhadapan dengan hal-hal yang berbau Tuhan. Saya belum menemukan apapun dan itu tidak ada hubungannya dengan Tuhan. Jadi kesimpulannya, ini benar-benar diri saya yang sebenarnya.
"Bukankah kamu lahir dan besar di desa?" saya bertanya pada diri sendiri. Hei, aku tidak bermaksud begitu. Ini adalah contoh. Ini hanya pengaturan memori, saya tidak yakin. Tidak hanya itu, ada banyak hal lagi yang tidak bisa saya lakukan sendiri.
Untungnya, ada Tuhan, jadi ada seseorang yang bisa saya mintai bantuan. Ada tempat yang selalu siap untuk merelakan segalanya. Dan siap mengisi semua lubang ketidakberdayaan kita.
Ya, meski terkadang ada juga rasa malu. Ada semacam pertanyaan, "Siapa saya, beraninya Ge-eR kalau Gusti Allah mau bantu saya. Tetapi jika bukan kepada-Nya, kepada siapa lagi saya bisa meminta?" Duh Gusti, maaf, maafkan segala kekurang ajaran dan tidak tahu malunya diri saya.
Tendangan yang mengetahui diri sendiri
Bicara soal memori, saat ingin menulis ini, saya juga mengalaminya. Entah kenapa aku dihantui perkataan Mbah Cak Nun. Aku mencoba mengabaikannya, tapi aku tidak bisa. Padahal ada hal lain yang perlu saya ingat dan tulis. Tapi yang satunya belum muncul. Ternyata dia malah kalah "kompetitif" dengan citra Mbah Nun di kancah tumpukan memoriku.
Berbicara tentang Cak Nun, dalam kesempatan itu ia mengungkapkan apa yang membuatnya betah dan senang menghadiri Maiyahan. Bahkan ia jauh-jauh dari Banyuwangi hingga Jombang, asal bisa mengaji di sana. Dia belum pernah menemukan penyelidikan seperti itu. Jangan marah, jangan pura-pura Arab dengan argumentasi ini dan itu, tapi menurut Cak Nun apa yang dibicarakan sudah ada di dalam Al-Qur'an.