Lihat ke Halaman Asli

Stimulus Orang Tua yang Salah

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

STIMULUS ORANG TUA YANG SALAH TERHADAP ANAKNYA

Sebagai guru saya sering menemukan anak yang ketakutan manakala mereka mendapatkan nilai ulangan yang tidak memenuhi harapan, mereka berkeluh kesah karena membayangkan orang tuanya akan marah kembali karena mereka tidak dapat memenuhi target yang telah ditentukan.

Setelah diamati ternyata hampir semua orang tua siswa yang saya ajar menginginkan nilai-nilai yang bagus bagi anak-anaknya, hal ini tidak salah bahkan menjadi keharusan bagi orang tua untuk memacu anaknya. Yang jadi masalah adalah menurut pengakuan para siswa mereka tidak pernah ditanya bagaimana mereka memperoleh nilai tersebut, bahkan para orang tua tidak pernah mengecek kesesuaian nilai yang didapat oleh anaknya dengan kemampuannya memecahkan masalah nyata yang terjadi.

Sekilas kondisi ini sepertinya wajar-wajar saja, tetapi bila diamati lebih lanjut ditemukan bahwa pada akhirnya hal tersebut mendorong cara belajar yang salah pada anak, mereka lebih menyukai mendapat nilai yang baik daripada mereka menguasai dan belajar mengaplikasikan kemampuan-kemampuan yang didapatkan dari proses belajar-mengajar. Mereka lebih cenderung untuk belajar bagaimana caranya mendapat nilai yang bagus daripada bagaimana caranya menguasai dan mengaplikasikan suatu pengetahuan, yang akhirnya mereka akan menghalalkan segala cara agar mereka mendapat nilai yang bagus meskipun mereka tidak mengerti secara utuh dari pengetahuan yang mereka pelajari. Walhasil para orang tua lebih bangga jika anak-anaknya mendapat nilai yang bagus, daripada anaknya kompeten dalam mengaplikasikan pengalaman belajarnya.

Itulah persepsi salah yang terjadi di masyarakat terhadap proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah, mereka menganggap bahwa prestasi pelajar hanya dapat diamati dari perolehan nilai ulangan yang bagus, padahal itu hanya mendorong anak-anak kita menjadi pandai secara teori tetapi mereka tidak cakap dalam menerapkan kepandaianya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menghindari hal tersebut sebaiknya orang tua berhati-hati dalam memberikan stimulus terhadap anak-anaknya dalam belajar. Hal ini dapat dimulai dengan merubah pertanyaan yang selalu kita sampaikan kepada anak kita dari menanyakan “berapa nilai kamu tadi?” menjadi “apa yang sudah kamu dapatkan sehingga kamu mendapat nilai sebesar itu?” atau stimulus “kamu harus mendapatkan nilai-nilai yang bagus!” menjadi “kamu harus mampu memahami dan mengamalkan materi yang disampaikan guru” dan masih banyak yang lainnya.

Semoga ini menyadarkan para orang tua siswa dalam membantu anak-anak kita untuk menjadi anak yang kompeten di kehidupan nyata, dari pada sekedar mendapat “Juara Kelas”.

Tugas DOL 2014 Angkatan 1 P4TK Matematika Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline