Lihat ke Halaman Asli

asep d darmawan

FAKTA DIRI

Lebaran, Fenomena Minta Maaf Duluan

Diperbarui: 6 Juni 2019   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari kemarin dan hari ini, 1 Syawal dan 2 Syawal 1440H dan masih sampai seminggu ke depan, kehidupan umat Islam diwarnai dengan kegembiraan. Suka cita dengan berbagai aktivitas mewarnai hari raya lebaran. Orang kota pada berbondong-bondong ke kampung menemui sanak  saudaranya, atau orang kota pindah ke kota lain karena orang tuanya tidak di kampung, ada juga yang bepergian ke luar negeri karena orang tua atau anaknya berlebaran di luar negeri. Itu semua dilakukan dengan suka ria, walau mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

LEBARAN, --orang Indonesia biasa menyebut--, merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh hampir semua warga negara, tak terkecuali warga yang bukan pemeluk Islam. Karena lebaran memberikan warna unik dalam kehidupan, memberikan sejuta rizki bagi siapa saja, memberikan keharmonisan bagi semua warga.

LEBARAN adalah momen yang ditunggu. Mencari uang yang banyak khusus buat lebaran. Membeli mobil baru bagi yang mampu, membeli motor baru, mengecat rumah, membeli kulkas baru, membeli kursi baru, membeli baju baru, membuat kue, menyediakan segala macam makanan. Semua dilakukan dengan senang hati baik yang untuk disajikan pada tamu maupun untuk diberikan dalam bentuk parcel atau bingkisan pada tamu atau kerabat atau atasan. Semua atas dasar bahagia menyambut LEBARAN.

LEBARAN, adalah momen akhir dar sebuah perjalanan ibadah shaum selama sebulan lamanya. Ini adalah sebuah kenaikan kelas --merujuk anak sekolah--. Akhir dari sebuah ujian adalah sebuah kelulusan. Nilai kelulusan ditentukan oleh aktivitas selama bulan ramadhan. Proses tentu tidak akan menghianati hasil. Proses yang baik akan berhasil baik, proses yang kurang baik tentu hasilnya akan kurang baik.

TENTU, yang patut direnungpikirkan bahwa momen LEBARAN adalah tatkala semua orang merasa bersalah, semua orang ingin paling duluan meminta maaf. Kalaupun didahului orang lain yang meminta maaf, selain memaafkan juga meminta maaf.

Fenomena meminta maaf duluan, memberi makna sangat baik, manakala dalam kehidupan selanjutnya, saling memaafkan, meminta maaf menjadi sebuah tradisi bukan hanya ketika lebaran.

Saling meminta maaf dengan didasari hati yang tulus, tentu akan menghasilkan derajat kehidupan makin meningkat. Bukan hanya secara personal, melainkan dalam berbangsa dan bernegara. Nuansa dan nilai LEBARAN semoga menjalar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Aamiin.***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline