Lihat ke Halaman Asli

Sruput Makna Pagi (5 Tahun Berkarya di Lembaga Non-Profit)

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SRUPUT MAKNA PAGI

Bumi Pengembangan Insani—27 Januari 2009—

Suasana LPI begitu sangat sepi, tegur salam dengan security menjadi tanda dimulainya aktivitasku di hari ini. Aku ingat, hari ini aku mendapat ‘undangan’ untuk menjadi narasumber di dua event hebat, Acara Sruput Pagi & Raker SMART EI.

Jauh hari sebelum dua acara ini digelar, persiapan pun sudah kulakukan dengan matang. Menunjukkan penampilan terbaik, itulah asa dan harapan terbesar menjadi fasilitator proses belajar rekan-rekan di LPI. Apa ada hal istimewa dengan dua event hebat tersebut? Pastinya ada dong, inilah kali pertama aku berbicara dalam suasana formal di depan rekan-rekan karyawan LPI. So, I like this moment...

Ada apa dengan acara Sruput Pagi LPI? Ada tukar informasi diri, ada proses memotivasi diri, ada kesempatan untuk memfasilitasi proses muhasabah diri, dan ada kesempatan mencicipi ‘nasi uduk’ khas sruput pagi.

“Sukses & Berkah di Tempat Kerja”, itulah tema utama dari presentasi yang coba kubagi inspirasinya dengan rekan-rekan karyawan LPI. Mengawali presentasi, sebuah pertunjukkan orkestra ‘air mancur’ mengajak semua peserta sruput pagi memulai petualangan menata konsepsi diri. “Apa yang ada di benak Anda setelah melihat kehebatan harmoni air mancur tadi”, segera pertanyaan tadi meluncur dariku untuk mengajak peserta menginternalisasi diri. “Sungguh saya sangat terpesona, sungguh luar biasa”, Ustadz Ahmad Sucipto segera menimpali. Mbak Diani, punggawa Fundraising LPI ini pun tak kalah serunya merepon pertanyaanku, “Subhanallah...Ini merupakan gambaran sebuah harmoni yang luar biasa.”

“Apakah hari ini lebih baik dari hari kemarin?”, “Apakah kita sudah bersyukur?”, “Apakah kita sudah berkarya nyata?” 3 pertanyaan tadi secara sistematis kulemparkan semua kepada rekan-rekan LPI. Semua pertanyaan tadi bermuara pada proses untuk menilai diri secara bijak, mengasah jiwa yang kadang terlalu jumawa, dan menata persepsi tentang kontribusi diri berkarya nyata bagi umat.

Sebuah kata-kata renungan kusajikan di akhir presentasiku,

Orang yang bahagia itu akan selalu:

Menyediakan waktu untuk membaca, karena membaca itu sumber Hikmah.

Menyediakan waktu tertawa, karena tertawa itu musiknya.

Menyediakan waktu untuk berpikir, karena berpikir itu pangkal kemajuan.

Menyediakan waktu untuk beramal mulia, karena beramal itu pangkal kejayaan.

Menyediakan waktu untuk bercanda, karena bercanda itu akan membuat muda selalu.

Menyediakan waktu untuk beribadah, karena beribadah adalah ibu dari segala ketenangan jiwa.”

Acara sruput pagi selesai, dan inilah beberapa komentar rekan-rekan LPI atas penampilanku.

Amru Asykari—Kepala SMP SMART EI--, “Luar biasa kang Asep, sayang tadi lirik lagu We Will Not Go Down gak ditampilkan pula...”

M. Ikhsan—HRD LPI--, “Luar biasa, sangat profesional sekali dalam membawakan sesi sruput pagi pada hari ini...”

Heri Sriyanto—Kepala Asrama SMART EI--, “Bagus... Bagus... Bagus...”

Mbak Diani—Fundraising LPI--, “Luar biasa, sangat inspiring...”

Alhamdulillah, senang sekali hari ini. Presentasiku berjalan sangat mulus dan nyaris tanpa ‘gangguan’ sama sekali. Semoga rekan-rekan LPI dapat menangkap banyak makna dan melakukan perubahan perilaku kerja menjadi lebih positif, demi satu tujuan mulia, mengejar kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Semoga...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline