Lihat ke Halaman Asli

Tentang Semanggi

Diperbarui: 24 Februari 2017   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya tidak ada orang yang tidak tahu dengan kata “Semanggi”. Siapapun yang tinggal di daerah Jakarta ataupun di luar Jakarta pasti tahu tentang Semanggi. Bagaimana tidak? Hampir semua orang yang bekerja di daerah Jakarta Pusat, pasti lewat atau mungkin bekerja di daerah Semanggi yang letaknya di Jalan Sudirman yang memang sangat strategis dan berada di pusat distrik perkantoran. Selain itu jalanan kesana pun memiliki banyak akses sehingga memudahkan juga ada banyak fasilitas yang bisa dipakai untuk orang-orang untuk berpergian sepanjang daerah Semanggi. Bahkan banyak juga para pekerja kantoran yang ke daerah Semanggi untuk menjadi akses jalan atau titik temu bagi para pekerja di daerah Sudirman.

Meski memiliki banyak akses juga rute jalan yang cukup mudah, apalagi daerah Semanggi kerap sekali menjadi tempat persinggahan bagi banyak orang. Yah contohnya jika para karyawan-karyawan yang sedang beristirahat jika mereka di daerah semanggi, mereka langsung menuju plaza Semanggi atau ke Sentra plaza untuk makan, nongkrong, atau mungkin untuk beristirahat. Sehingga bisa dibilang daerah Semanggi itu salah satu tempat favorit bagi karyawan-karyawan untuk beristirahat, tidak hanya karyawan tapi mahasiswa/i pun juga, yah karena memang Plaza Semanggi terletak bersebelahan dengan Universitas Atma Jaya. Jadi banyak juga para mahasiswa/i yang menghabiskan waktu di Plaza Semanggi.

Akan tetapi, dikarenakan hampir setiap orang baik pagi, siang, sore, malam bahkan subuh-subuh pun lewat daerah Semanggi, jadi ada suatu fenomena yang sebenarnya menjadi salah satu ciri khas Jakarta. Hampir setiap orang yang ditanya tentang apa yang harus diperbaiki tentang Jakarta, pasti bilang “macet”. Kata-kata ini yang juga identik dengan daerah Semanggi ini, selain karena letaknya memang di pusat kota jadi secara otomatis di daerah ini hampir semuanya terlihat dari ujung ke ujung penuh dengan kendaraan, baik roda dua, roda empat, bahkan kendaraan umum pun tidak bisa berjalan dengan baik karena kemacetan yang melanda. Pada tahun lalu, kemacetan menjadi salah satu hal yang ingin dikurangi oleh pemerintah dari tahun ke tahun yang tidak pernah kunjung berkurang. Pada tahun lalu dilakukan penghapusan kebijakan 3 in 1 yang selalu dipakai tiap jam 07.00-10.00 dan 16.00-20.00 dari hari senin sampai jumat, dimana kebijakan ini dipakai untuk membatasi penggunaan kendaraan yang lewat selama di daerah Sudirman-Thamrin.

Ketika kebijakan ini dihapus pada bulan April lalu, dilihat bahwa kemacetan di Ibu kota bertambah hingga 23.45% dimana sudah berjalan selama 2 minggu. Bahkan menurut kepala Dishub tingkat kemacetan tertinggi ada di kawasan Semanggi dan jalan Sudirman ke arah Senayan sampai 65% yang jika dipikir-pikir sangat tinggi sekali pada saat uji coba. Memang pada saat penghapusan kebijakan3 in 1 diberlakukan kebijakan baru yaitu Ganjil-Genap, jadi plat mobil yang Ganjil hanya boleh keluar atau memakai jalan yang sudah ditentukan di hari ganjil, begitupun sebaliknya dengan yang genap. Akan tetapi setelah berjalan sekarang sekitar meski sudah berlaku yang Ganjil-Genap, masih banyak sekali orang yang mengeluh bahwa kebijakan yang baru ini malah lebih parah daripada yang lama. Menurut Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia, sekitar 71.75% orang menilai bahwa kebijakan ganjil-genap tidak efektif.

Sebagai seseorang yang memang kegiatan perkuliahannya dihabiskan di daerah Semanggi, jalan di daerah Semanggi-Sudirman kemacetannya masih sangat parah, belum terlihat sama sekali tanda-tanda berkurangnya kemacetan bahkan sampai hari ini. Menurut gue seharusnya kebijakan ini seharusnya dipermantap lagi, karena masih kurang efektif apalagi dari segi cara para Polisi berusaha untuk melihat mobil atau kendaraan satu persatu dan menyesuaikan dengan ganjil-genap, kadang masih banyak mobil yang tidak sesuai lewat seenaknya karena polisi yang berpatroli masih sedikit dan tidak maksimal. Selain itu di Jakarta, orang-orang banyak yang memiliki kendaraan lebih dari 1, ada yang 2 , 3 , bahkan 4 jadi tinggal gonta-ganti saja setiap harinya. Oleh karena itu aturan ganjil-genap tidak berpengaruh kepada orang-orang yang memiliki kendaraan lebih.

Seharusnya, pemerintah itu menunggu terlebih dahulu sampai kebijakan ganjil-genap benar-benar mantap, salah satunya bisa seperti menambah personel di jalan-jalan yang masuk dalam kategori ganjil-genap, lalu membuat aturan seperti membatasi kepemilikan mobil, jadi berikan saja max 1 orang memiliki 2 atau 3 mobil. Selain itu untuk para petugas yang menilang kendaraan yang salah , tolong lebih tegas dan sesuaikan, jika memang salah, maka hukum saja. Jangan dikasih kendor! Gue kadang masih melihat di daerah Semanggi atau Sudirman dan Senayan masih sering dibiarkan begitu saja tanpa diberi tilang. 

Jadi tolonglah untuk bersikap lebih tegas!. lalu sekarang ini Semanggi sedang dibuat flyover baru, semoga saja jalan baru tersebut mampu mengurangi macet di daerah Semanggi, kita doakan agar tidak macet pembangunannya karena kalo tidak nanti malah makin macet karena jalan semakin sempit. Jadi itu menurut gue sih tentang Semanggi, kebijakan yang awalnya untuk mengurangi macet ini masih tidak berjalan, semoga denga perubahan-perubahan yang dilakukan juga Pemerintah agar jeli sehingga mampu mengubah Semanggi menjadi lebih baik lagi. 

Atau kita berharap saja menunggu sampai 2018 agar LRT dan MRT selesai juga rencana penggunaan ERP di Sudirman-Thamrin mulai berjalan sehingga kemacetan di Ibu Kota bisa berkurang, dan harapan satu lagi adalah orang-orang di Jakarta mau menerima perubahan-perubahan dan bersabar menghadapinya. gue yakin kalo daerah ini bisa membaik. Sekian deh dari gue. Thank You!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline