AMIRAH SAHDA ARGARICHA
MAHASISWI IAIN SAMARINDA
Apasih pola pikir itu? Pola pikir yaitu cara menilai dan memberikan kesimpulan terhadap sesuatu berdasarkan suatu pandang tertentu. Mengapa pola pikir mahasiswa masa kini bisa dianggap mati? Karena, dapat dilihat saat ini tradisi perlahan mulai menghilang.
Dan tak bisa dipungkiri lagi, banyak sekali kebiasaan mahasiswa milenial yang ternilai buruk dan telah menghapuskan kebudayaan yang lalu. Diantaranya, seperti tidak bisa jauh dari gadget dan sosial media, lebih suka sesuatu yang bersifat instant dan cepat, lebih suka melakukan pembayaran secara cashless dan lebih suka berkomunikasi melalui grup dibanding bertatapan langsung dengan masyarakat lain.
Tentu miris jika ingin dibandingkan dengan masa lalu. Tetapi, tak perlu risau dengan semua itu. Justru, hal yang perlu kita lakukan adalah meneliti lebih jauh sikap yang patut untuk dilakukan demi kebaikan bangsa bukan mengkritik tanpa melakukan perubahan.
Jika melihat kembali kepada beberapa tahun silam, disaat teknologi belum secepat teknologi 4.0, manusia masih mempertahankan budayanya. Dimana silaturahmi terjalin dengan sangat baik dikarenakan manusia tidak terikat oleh gadget yang menyebabkan masyarakat malas untuk bertatap muka. Jika ditinjau lebih dalam, sisi buruk dari penggunaan teknologi sangatlah banyak. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa sisi baiknya pun juga banyak bila didampingi oleh penggunaan yang baik pula.
Waktu sebagai aspek perubahan sosial serta masyarakat yang selalu berproses selalu menjadi peran penting terhadap sosial. Keberadaan masa kini sangat membutuhkan objek masa lalu secara material untuk dilestarikan serta gagasan masa lalu untuk diingat dan ditanam dalam pola pikir serta kesadaran masyarakat dalam berbangsa. Tak hanya itu, pergerakan masyarakat pun sangat dibutuhkan dalam rangka mendorong segala aspek itu. Disinilah peran pemuda sangat dibutuhkan, khususnya para mahasiswa milenial.
Mengapa harus mahasiswa? Karena mahasiswa adalah sebuah subjek yang menjadi faktor terjadinya perubahan. Mahasiswa diharapkan mampu menjadi pemimpin di masa yang akan datang dengan kemampuan intelektual yang tinggi serta berwawasan luas. Mahasiswa pun dianggap sangat cocok untuk membawa perubahan dikarenakan usia yang sudah matang dan dinyatakan telah dapat berfikir secara cerdas.
Tidak seperti masyarakat lanjut usia yang mana stamina serta pola pikir pun telah berkurang sebab habis dimakan waktu. Oleh karena itu, kini saatnya pemuda menggantikan kepemimpinan para masyarakat lanjut usia agar dapat mempertahankan bangsa dari gejolak teknologi yang kian melaju. Sebagaimana tujuan hidup manusia yaitu untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya. Maka, masyarakat pun harus dapat melangkah untuk mencapai itu. Salah satunya dengan bekerja sama. Kemajuan bangsa tak dapat dipisahkan dari segala bentuk kerja sama. Untuk itu, dibutuhkan pemimpin yang dapat menyatukan bangsa bukan hanya yang bergerak secara individualis.
Kerja sama dalam perubahan sangatlah dibutuhkan. Karena, untuk pemerataan bangsa diperlukan kerja sama. Seperti halnya, Indonesia yang masih sebagian saja berfikir dan bersikap modern sementara sebagiannya lagi masih menggunakan sistem tradisional. Satu hal itu sangat penting dalam kehidupan berbangsa. Dan diperlukannya kerjasama agar tercipta kemajuan dan perubahan secara bertahap sedikit demi sedikit namun pasti dan bertujuan menuju kondisi sosial yang semakin baik kedepannya nanti. Setelah Indonesia dirasa mampu untuk bekerja sama dalam segala aspek, saatnya pemimpin mengambil langkah cemerlang untuk bersama-sama mensejahterahkan rakyat.
Bagaimana langkah yang baik untuk menggapai segala cita-cita bangsa? Banyak sekali langkah yang dapat dicoba oleh pemimpin di Indonesia, salah satunya dengan meneliti perubahan sosial budaya masa kini serta menjadikannya tolak ukur untuk perubahan bangsa. Dapat dicontohkan, saat ini para remaja bahkan balita sekalipun sudah banyak diberi gadget oleh para orang tua hanya dengan alasan agar anak nyaman dan tenang berada di rumah. Karena, dikhawatirkan anak-anak keluar dari rumah tanpa pengawasan orang tua itu sendiri.