Tanggal 2 Mei, merupakan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2020 yang diperingati di seluruh daerah di Indonesia. Perayaannya yang diselenggarakan setiap tahunnya itu biasanya ditandai dengan pelaksanaan upacara bendera di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, dari tingkat kecamatan hingga pusat, disertai dengan penyampaian pidato bertema pendidikan oleh pejabat terkait.
Kali ini sangat berbeda, baik cara merayakan maupun suasana nya. uniknya kali ini begitu banyak opini, artikel dari masyakat melalui daring nya yang mengisahkan tentang perayaan HARDIKNAS. Tidak ada yang salah, ini semua merupakan penanda bahwa rakyat masih menganggap pendidikan sebagai sebuah objek kepedulian. Banyak diksi dipakai, tanda bahwa manusia di Negri ini masih berperasaan. Harapanya bila otak penerima pesan tidak dapat menangkap makna, paling tidak hatinya dapat berperan sebagai indera perasa.
Pelik memang kenyataan yang ada, namun kita jangan kesampingkan kenyataan bahwa krisis moral pelajar bukan lagi sebuah hal yang perlu dipertanyakan. Saking banyaknya kasus yang muncul, hal ini menandakan bahwa telah berkurang sosok pelajar yang berperan sebagai muridnya manusia.
Seolah-olah, sosok guru serta sekolah yang telah memanusiakan manusia di dalamnya tertolak mentah-mentah oleh adanya fakta bahwa manusia tadi enggan untuk dimanusiakan. Jadi, diperlukan lagi pemahaman bahwa bukan hanya elemen sekolah serta guru yang menjadi penting, namun murid sebagai pembelajar juga memiliki peran yang sangat besar dalam sukses tercapainya sebuah proses pendidikan.
Salah satu Fakta bahwa semua dari kita tidak dapat lepas dari sebuah proses pendidikan ini. Contohnya adalah sekarang terjadi yang terjadi di lapangan akibat adanya pandemi covid19, membuat sekolah tidak diliburkan namun hanya dialihkan. yang Biasanya belajar dilakukan secara tatap muka, sekarang semua dalihkan dengan pemebalajaran sistem daring. akan tetapi walaupun banyak keterbatasan pembelajaran yang kita alami sekarang bukan berarti mengurangi semangat belajar kita dan juga menyepelekan instruksi kementrian pendidikan dan kebudayaan.
Bagaimana pembelaran kita di tengah covid-19, mampukah kita mencapai tujuan pendidikan ?
Kita ketahui bahwa salah satu tujuan pendidikan kita adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri. tidak bisa saya bayangkan entah bagaimana cara pendidik mencapai tujuan itu sedangkan yang dilakukan adlah pembelajaran online.
Pada dasarnya pembelajaran tatap muka dan daring adalah sama, sama - sama merupakan proses dialog dengan tujuan mentransfer file dari seseorang ke orang lain. Namun apa kah benar itu yang dilakukan oleh sekolah terhadap siswanya ?
Beberapa waktu yang lalu, begitu banyak saya mendengar keluhan dari siswa dan juga sekolah terkait hal ini. keluhan ini pun boleh dikatakan sinkron antara apa yang dirasakan gurunya dan juga muridnya.
Muridnya merasa seperti tidak ada peroses pembelajaran yang terjadi, sebabnya mereka tidak mendapatkan penjelasan dari gurunya terkait materi pembelajaran akan tetapi anehnya tugas pun tetap berjalan. bukankah tugas itu sebagai bahan untuk menguji pemahaman siswa pasca pembelajaran ? jikalau tidak ada peroses pembelajaran yang terjadi, lantas untuk apa tugas diberikan ? Sakitnya lagi banyak siswa yang merasa kewalahan dengan tugas yang diberikan gurunya.
Begitu pun sebaliknya guru merasa tidak sangup untuk menjelaskan materi secara online lebih khusus materi yang berkaitan dengan hitungan seperti Matematika, fisika dan juga kimia.bukan hanya itu guru juga mengeluh soal paket internetan yang mereka gunakan yang tidak berkecukupan, belum lagi bila guru honorer yang digaji hanya 750.000 sebulan, tinggal di kontrakan. apakah itu tidak membebankan ?