Dari kejadian sebenarnya:
1. Suatu saat ada seorang ibu-ibu ingin sekali Pepaya (mungkin ngidam karena sedang hamil muda), dan kebetulan di rumah tidak ada siapa siapa, hanya ada anak angkat baru datang dari Jawa, kemudian si Ibu itu nyuruh anak tersebut untuk membeli pepaya: "Nak tolong belikan Gedang, nih uangnya", pergilah si Anak tersebut ke warung, dan tidak lama kemudian si Ibu sangat kaget ternyata yang dibelikan oleh anak tersebut sesisir Pisang. Si anak angkat pun kaget saat di omelin oleh si Ibu karena apa yang dibeli rasanya sudah benar. Setelah tanya sana tanya sini, dan ngomong punya ngomong ternyata si Ibu tidak mengerti bahwa "Gedang" dalam bahasa Jawa berarti "Pisang", sedang si anak pun tidak mengerti bahwa yang namanya "Gedang" di daerah Sunda berarti "Pepaya".
2. Adik saya kebetulan nikah sama orang Minang, dan tinggal di Cilegon - Banten, suatu saat dia bersama suaminya ke Bandung mau menuju Antapani, karena mungkin sudah lupa jalan di Bandung yang ruwet , adik saya tersebut nanya saya melalui sms, dan saya jawab dengan sms pula mengenai arah jalan dengan agak rinci sejak keluar Tol pasteur, dan karena saya pikir yang baca Adik saya, maka sms belasannya pun pakai bahasa Indonesia campur bahasa Sunda, diantaranya: "...... bila sudah sampai Jl Sudirman terus belok ka katuhu setelah itu belok kiri akan ketemu terusan Jl. Jakarta..." eh persis ketemu Jl Sudirman, ternyata sms itu dibaca oleh Suaminya untuk mencari arah yang ditunjukakan, dan dengan tenangnya dia bilang: "Dari tadi saya cari jl Katuhu tidak ketemu, dimana ya?" langsung adik saya ketawa ngakak, sambil menerangkan bahwa "katuhu" itu "kanan".
3. Suatu saat ada saudara jauh seorang perempuan yang nikah sama orang Jawa dan tinggal di Semarang, bermaksud ke Bandung, dan Si Isteri bilang ke Suami nya: " Mas kita langsung saja ke Bandung sekarang, nanti nginap nya sih di hotel, kumaha engke we lah" , mereka pergilah pakai mobil sampai di Bandung sudah malam, dan si Suami mungkin masih ingat kata kata Isterinya dan nanya: "Dik, kalau hotel "Kumaha Engke" itu di mana nanti begitu masuk bandung ke arah mana", si Isteri bingung sambil ketawa: " Mas sayang, Kumaha engke itu artinya Bagaimana nanti, Yuk kita cari sekarang hotelnya".
4. Suatu saat kita jalan-jalan kea rah Garut dari Bandung dan waktu pulangnya , ada saudara kebetulan baru datang dari Jawa tengah, dengan tenangnya membaca suatu daerah bernama Kadungora dengan kata kata "Kadung Ora", dan dia bingung barangkali ada nama daerah seperti itu, diapun nanya, "Kenapa ya nama kampung koq aneh "Kadung Ora", waduh ini yang salah siapa, mungkin yang nulis nama daerah yang salah karena kalimatnya disatukan, yang seharusnya "Kadu ngora" atau "Durian Muda".
5. Pada suatu hari di tahun 1984 an di komplek perumahan perusahaan di Aceh, ada dua orang karyawan dari Sunda dan dari Jawa melewati suatu danau yang asri, kebetulan si Orang Jawa nyeletuk: "Banyak siapa ya itu", sambil menunjuk ke sekelompok Angsa yang sedang berenang di danau, dengan yakinnya si orang Sunda menjawab: "mau banyak punya si A atau yang punya si B, itu kan bukan urusan kita", bingung juga si Orang Jawa ini mendapat jawaban begitu, eh ternyata setelah cerita sana sini, baru mengerti si Orang Sunda itu bahwa "Banyak" itu artinya "Angsa", padahal dipikirnya waktu itu pertanyaannya banyakan Angsa siapa? Karena yang punya Angsa di danau itu adalah Bapak A dan Bapak B. Akhirnya terpaksa si Orang Sunda minta maaf ke orang Jawa karena kesalahan mengerti ini.
6. Pada suatu hari di kantor sedang berdiskusi sekelompok sarjana teknik, kebetulan disitu ada dua orang dari suku Sunda dan yang lainnya dari berbagai suku, pada suatu pembahasan, si Sunda A nanya ke kelompok tersebut; " Ini koq begitu harusnya kan begini" (maaf inti pembahasan dikaburkan), dan si Sunda B menjawab: "Aya bahan" (maksudnya menjawab ke si Sunda A), langsung Sarjana Teknik lainnya yang disitu bingung semua, kenapa ada "Bahan" padahal yang dibahas mengenai proses pengolahan pemurnian air, melihat kebingungan maka si Sunda B sadar langsung menerangkan ke semua kalau "Aya Bahan" dalam bahasa Sunda itu artinya "Barangkali", eh salah satu teman lainnya nyeletuk kalau "Barangkali sih adanya Batu" (Barang yang ada di kali), padahal barang kali disini adalah "kemungkinan"
Kejadian yang mungkin benar atau mungkin cerita saja:
1. Pada suatu hari di hari Jumat, seorang muslim dari Medan (Bapak A) sholat Jumatan di daerah Jawa barat, dan waktu selesai sholat, Sendalnya hilang, Bapak A uring uringan dan nanya ke orang orang sebelahnya: "Mana sendal aku, dari tadi ku cari tidak ada", di jawab oleh salah seorang jamaah disekitar itu: "meureun Pahili", kemudian Bapak A, nanya: "Siapa itu Pahili", dijawab lagi oleh jamaah lainnya: "Pahlili itu Paliron", dengan nada agak tinggi Bapak A berkata: "Mau Pa Hili mau Pa Liron, atau Pak Ahmad!!, coba tunjukkan orangnya aku kejar!!, yang penting sendalnya kembali!".
2. Suatu sore ada sekolompok anak anak sedang main Badminton di suatu gang, waktu itu giliran anak orang Sunda dengan anak dari Jawa, persis saat itu shuttle kok nya jatuh didaerah permainan anak dari Jawa, Si Sunda langsung teriak "Cokot kok na, tuh", Si Jawa menjawab "Atos", Si Sunda nanya lagi "mana atos, gancang cokot" , Si Jawa bilang "Atoos, sambil mau nangis karena mengigit kok badminton. (keterangan: "Cokot" dalam bahasa Sunda artinya "Ambil" sedangkan dalam bahasa Jawa "Gigit"; kalau "Atos" dalam bahasa Sunda berarti "Sudah" dalam bahasa Jawa "Keras").
3. Pada suatu hari ada orang Sunda bertamu ke rumah keluarganya yang dari suku Jawa, dan saat tuan rumah mempersilahkan untuk makan, saudara dari Suku Jawa Bilang: " Ini Jangan, Ini Jangan, Ini Sambel", sambil bingung si Sunda akhirnya hanya makan sambel karena yang dimengertinya hanya Sambel sedangkan makanan lainnya dilarang.