Lihat ke Halaman Asli

Berawal dari Mimpi-Business Trip to Canada

Diperbarui: 11 Januari 2016   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Bermimpilah yang tinggi dan lampaui asamu. Yakinlah dengan mimpi itu. Nikmati setiap prosesnya. Lakukan ikhtiar terbaik dan biarlah Allah jadi penolongmu”

Tidak pernah bermimpi untuk menapakkan kaki Kanada. Negara yang dijuluki Negeri Pecahan Es. Selain jauh, negara yang berada di benua Amerika ini tidak terlalu memiliki daya Tarik untuk saya pribadi. Namun, Robi Kurniawan, my best friend, dengan sengaja menghadiahkan saya sebuah buku. Masih jelas di ingatan saya ketika di akhir tahun 2012 Robi datang ke rumah, (waktu itu beralamat di Jl. Bakti 8 PKU), dengan membawa sebuah buku ‘panduan traveling ke Kanada’ yang mengubah pandangan saya tentang negara bersimbol daun Maple ini.

Saya jadi bermimpi sedang menikmati indahnya musim gugur dengan daun maple bertabuaran di sekitar saya. Saya jadi tersihir dengan pegunungan esnya yang tak pernah mencair sepanjang tahun. Bahkan, saya berhayal sedang menempuh Kuliah Master degree di Universitas tebai di sana. Lamunan, khayalan atau mimpi-mimpi itu saya tuangkan dalam do’a dengan sebuah pengharapan semoga Allah meridhoi saya untuk berkunjung ke negara yang berbatas langsung dengan Alaska ini.

Di pertengahan 2013, berawal dari kolom ‘lowongan kerja’ pada salah satu koran lokal di Pekanbaru, saya melihat ada sebuah kesempatan untuk bergabung dengan sebuah perusahaan Asing (PMA) yang beroperasi di Duri, kabupaten Bengkalis. Awalnya saya tidak tahu bergerak di bidang apa perusahaan tersebut. Hanya saja dari beberapa kriteria yang terantum, kemampuan Bahasa Inggris akan menjadi syarat utama untuk bisa mengikuti proses seleksi. Tanpa berfikir panjang, dengan pengalaman mengajar Bahasa Inggris dan Program beasiswa Kursus Bahasa Inggris di USA sebelumnya, saya tidak ragu untuk apply ke alamat email yang tersedia. Setelah saya lamaran saya kirim, barulah saya mulai searching untuk mendapat informasi lebih detail tentang perusahaan yang baru saja saya kirimi email aplikasi.

What a big surprise. Ternyata perusahaan itu adalah satu dari sekian perusahaan asing di Indonesia yang berasal dari Kanada. Negara yang di tahun lalu saya masukkan ke daftar do’a ketika sujud padaNya. Saya hanya berharap semoga ini jawaban atas doa saya. Karena saya sangat yakin bahwa jika Allah berkehendak, tidak ada yang sulit bagiNya.

Beberapa bulan setelah pengiriman aplikasi, saya mendapat email balasan dari pihak perusahaan. Email itu menyebutkan bahwa saya harus menjawab lampiran beberapa pertanyaan mereka dalam bentuk Essay sebagai penentu apakah saya akan masuk ke daftar shortlisted untuk mengikuti tahap interview. Hal ini dikarenakan karena mereka kurang yakin apakah saya mampu mengampu divisi yang ditawarkan dengan hanya pengalaman sebagai akademisi. Selang beberapa hari, pertanyaan-pertanyaan mereka saya jawab dalam bentuk essay dan saya kirim kembali.

2 minggu kemudian, saya dihubungi via telepon untuk mengikuti seleksi interview yang akan dilaksanakan di kantor cabang perusahaan di Duri. Alamat lengkap mereka berikan agar saya tidak kesasar seperti Ayu Tingting (dengan alamat palsunya) Hehe.

Tahap interview saya lalui dengan lancar. Pertanyaan dari interviewers saya lahap habis. Walaupun ada beberapa pertanyaan yang menurut saya tidak terlalu relevan, saya bisa menjawabnya dengan baik. Tinggal menunggu hasil. Dari penuturan salah seorang pewawancara, jika saya dihubungi untuk melaksanakan medical checkup di rumah sakit yang ditunjuk perusahaan, itu berarti tahap terakhir saya untuk bisa secara resmi bergabung dengan perusahaan mereka.

1 bulan kemudian, belum ada kabar. Karena tidak sabar, saya mencoba menghubungi salah satu nomor interviewer yang saya dapat sesaat sebelum interview berakhir. Melalui via telepon, nomor yang saya hubungi menjawab dengan kalimat yang menurut saya masih samar. “ditunggu saja Pak, kalua saya lebih memilih bapak tapi saya tidak tahu dengan 2 interviewers lainnya”. Saya jadi harap-harap cemas. Tak lupa saya memberi kabar kepada orangtua saya tercinta secara berkala setiap ada kabar terbaru dan saya tidak lupa meminta do’a kepada mereka. Terutama kepada Ibu saya.

Hingga, di bulan Mei 2013, saya mendapat telepon dari perusahaan untuk melaksanakan MCU di sebuah rumah sakit di Pekanbaru. Alhamdulillah, itu berarti tahap terakhir. Tinggal menunggu hasil MCU dan jika dinyatakan sehat, berarti tinggal menunggu waktu, saya akan bergabung dengan sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang oil and gas services di Duri. Tidak luput syukur saya kepadaNya atas karunia yang tidak pernah saya sangka sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline