Lihat ke Halaman Asli

Mengutamakan Putra Daerah, Pentingkah?

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan Legislatif dan Pemilu Presiden secara langsung yang ke tiga kalinya semakin dekat dan sudah di ambang pintu. Jika tidak ada aral melintang, maka tanggal 9 April 2014 akan menjadi hari yang sangat bersejarah. Nasib Indonesia untuk lima tahun ke depan ditentukan pada hari itu. Partisipasi kita, sebagai warga Negara yang baik akan sangat dibutuhkan dalam mensukseskan event besar ini. Suara kita akan menjadi penentu. Jika kita memilih orang yang tepat, maka bisa dipastikan, tugas dan amanat rakyat akan terpenuhi. Sebaliknya,kita harus siap untuk merasakan hal yang sama seperti sebelum-sebelumnya, jika pilihan kita berada pada orang-orang yang salah.

Terkait menentukan pilihan, sudah seharusnya kita bersikap cerdas dan memilih orang yang kita faham betul akan track recordnya. Jangan karena godaan rupiah yang jumlahnya sedikit membuat kita lupa nasib bangsa ini ke depan. Kita boleh saja mendukung seseorang untuk kita jagokan, tapi harus tetap pada koridor yang benar. Sekali lagi jangan asal pilih.

Saya sangat prihatin dengan orang yang dengan sukarela mensuarakan untuk memilih putra daerah, sebagai bentuk dukungan untuk seorang calon legislative dari daerahnya sendiri. Pada awalnya, itu sah-sah saja. Karena setiap warga Negara yang sudah akil balig berhak menentukan pilihannya. Tapi ketika sudah menyangkut ranah umum dengan merekomendasikan kepada orang banyak, akan beda maknanya.

Sebelum kita salah langkah terlalu jauh, ada baiknya jika kita mengetahui makna “Putra daerah” itu sendiri. Untuk lebih jelasnya saya sarankan kita membaca artikel tentang “Makna Putra Daerah dalam kampanye Pemilukada” di http://alluky.blogspot.com. Artikel tersebut memberikan ilmu baru bagi kita bahwa penamaan putra daerah tidak bisa diartikan dengan makna sempit. Apalagi dalam memilih pemimpin, pemahaman akan istilah Putra daerah akan menggerakkan semangat primordialisme (red- fanatisme terhadap ras dan suku tertentu) yang akan memberikan dampak buruk untuk persatuan bangsa Indonesia.

Kemudian, Persoalan yang tidak kunjung usai pada bangsa ini, tidak bisa diselesaikan dengan hanya mendukung putra daerah untuk maju dalam pemilihan legislatif. Tidak semudah itu. Ini masalah integritas, loyalitas dan kapabilitas seorang calon pemimpin. Tidak menjamin, seorang putra daerah memiliki kriteria tersebut. Banyak contoh, mereka yang ketika sudah terpilih, tidak ingat dan pura-pura lupa terhadap rakyatnya. Indonesia butuh pemimpin yang pro rakyat bukan yang mahir mengambil hati rakyat (red-pencitraan). Saya setuju dengan slogan "saatnya Indonesia berubah". Namun, dalam arti yang Berbeda. Berubah untuk berfikir lebih cerdas. Berubah untuk tidak berfikir sempit. Berubah untuk mensosialisasikan pemilihan jujur. Berubah untuk tidak golput, sebab satu suara kita akan menjadi penentu nasib bangsa yang kita cintai ini. Tidak dilarang untuk memihak kepada salah satu calon pemimpin. Dengan catatan, kita sudah mempelajari terlebih dahulu asal usul orang yang akan kita pilih. Jangan asal dukung dan jangan asal pilih. Masalah Indonesia bukan sekedar masalah Putra Daerah. ***

Sumber tulisan: http://alluky.blogspot.com/2013/01/makna-putra-daerah-dalam-kampanye-pemilukada.html

***Ahmed S. El hamidy***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline