Lihat ke Halaman Asli

Wurry Agus Parluten

Seorang Ayah dan Suami.

Agnostik dan Revolusi Itik

Diperbarui: 30 Oktober 2022   15:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Anton Lennon


-----
Agnostik adalah seorang anak kecil yang bercita-cita ingin menjadi astronot, tapi masalahnya, dia tinggal di sebuah negara yang secara ekonomi kurang mendukung.
-----
Agnostik tak punya Bapak, dia hanya tahu kalau Ibunya adalah seorang single parent. Ibunya Agnostik mengajari dia untuk REALISTIS dalam bercita-cita, namun entah mengapa di darah anak ini selalu yakin bahwa dia bisa menjadi astronot. Dengan kata lain, tak ada yang tak mungkin dalam bercita-cita (EVERYTHING POSSIBLE).
-----
Namun seiring berjalannya waktu, cita-cita Agnostik pun mulai berubah. Dari yang tadinya ingin jadi astronot, kemudian berubah jadi pilot (SMP). Waktu SMA malah ingin jadi masinis, eh ternyata pas kuliah malah dapatnya "Rumpun Ilmu Agama". Mau kuliah lain, gak mungkin. Karena ibunya Agnostik tak punya biaya. Itu pun bisa kuliah karena Agnostik mendapat beasiswa lewat program "Bapak Angkat", plus memang Agnostik ini cerdas dan layak untuk mendapatkannya.
-----
Nama lengkap Agnostik, "Muhammad Agnostik Theodolus Ilham" (disingkat MATI). Karena ibunya beragama Islam, maka yang dipakai hanya "Muhammad Ilham". Ibunya sangat melarang Agnostik (yang mulai sekarang kita sebut Ilham) memakai kata "Agnostik Theodolus", karena itu akan mengingatkan momen dimana ibunya hamil tak punya suami.  
-----
Pada saat kuliah agama inilah si Ilham terkenal dengan panggilan tokoh "revolusi itik". Saking getolnya, Ilham-lah yang justru dipercaya kampus untuk menjalin hubungan dengan negara (yang konon disebut) ateis, dalam hal ini RRT. Ilham bahkan dikirim ke Beijing untuk mempelajari kebijakan "Peking Duck" terkait rencana di tahun 2035. Ilham berangkat.
-----
Setelah beberapa tahun tinggal di Beijing, ditambah kemudian Ilham lulus dan bekerja di RRT, tiba-tiba ia menemukan apa yang dia cari selama ini. Apa itu?
-----
Ilham jadi bisa mendefinisikan (sendiri) akan arti namanya. Bukan berdasarkan pengertian ilmiah yang dia tahu selama ini, tapi hasil dari olah pikir Ilham sendiri (plus pengaruh diskusi) setelah menyelami "Filosofi Peking Duck". Jadi bukan urusan kebijakan lagi.
-----
Ilham mendefinisikan namanya (bagian kata "agnostik") sebagai batas. Batas apa? Batas dari ke-tidak-berhasil-an seorang individu untuk mengenal Tuhan, terutama dalam aspek ritual. Jadi karena dulu Ilham bercita-cita jadi astronot, dia mengira dirinya AKAN bisa melihat bumi dari sudut pandang Tuhan. Eh, ternyata tidak. Semakin dewasa, Ilham kian tidak tahu bahwa Tuhan itu seperti apa. Maka dari sisi definisi olah pikir personal, Ilham (saat ini) sudah yakin bahwa dia TAK AKAN PERNAH punya pengetahuan mumpuni tentang Tuhan. Jauuuh. Gak nyampelah, begitu kira-kira.
-----
Untungnya Ilham masih punya KTP Indonesia, sehingga dia menjadi seorang yang bernama Agnostik namun beragama, serta tetap diberi kebebasan oleh negara untuk memahami "filosofi peking duck" dalam nuansa "revolusi itik".
=====
(#PunkDulmuluk, 30 Oktober 2022) | Kajian #ProfessorKodok dalam suasana #RevolusiItik)
-----
Analisa Dampak Pandemik:
https://youtu.be/v5QJCUeHXNs
-----
Sumber Foto: Anton Lennon
https://justluten.blogspot.com/2021/05/just-luten-1999.html
-----

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline