Jangan salah sangka, ini bukan masalah mesin waktu. Teori dasarnya adalah cahaya bergerak lebih cepat dari apapun di alam semesta. Meski demikian cahaya tetap butuh waktu untuk bergerak melintasi angkasa. Sebagai contoh, cahaya dari Matahari membutuhkan waktu 8 menit untuk bergerak dari Matahari ke Bumi.
Bila cahaya matahari saja, butuh 8 menit karena memang matahari relatif dekat dengan bumi (kira-kira 149.680.000 km) bagaimana dengan bintang-bintang lain yang jaraknya jutaan kali lebih jauh dari bumi. Pastilah memerlukan waktu lebih lama. Bisa bulanan, tahunan bahkan jutaan tahun. Jadi saat kamu menengadah ke langit dan melihat cahaya bintang, sesungguhnya kamu sedang melihat masa lalu. Kita bisa melihat bintang itu karena kita baru saja menerima cahaya yang berkelana dari bintang tersebut di masa lalu dan baru tiba sekarang. Bahkan bisa saja bintang tersebut sudah tidak ada! Itulah sebabnya beberapa film bertema perjalanan waktu memakai prinsip kecepatan cahaya ini. Dalihnya adalah, bila dapat menciptakan sebuah alat yang kecepatannya melebihi cahaya, maka masa lalu dapat ditembus. Artinya kita dapat jalan-jalan ke masa lalu, seperti time traveller. Kadang saya berpikir, bisa tidak suatu saat alat itu diciptakan. Rasanya ingin melihat masa lalu, lalu memperbaikinya. Ha....ha....(bikin kacau lagi). Ah sudahlah, bila kau ingin lihat masa lalu, tengoklah ke langit!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H