24 Agustus 2023, berangkat dari bandara Soekarno Hatta menuju bandara Kualanamu Medan dilanjutkan kendaraan darat menuju Universitas Samudra itu merupakan pengalaman pertama saya menginjakkan kaki di Aceh yang dikenal dengan sebutan Bumoe Seuramoe Meukah? atau bumi serambi Mekkah. "Alhamdulillah saya lulus program Pertukaran Mahasiswa Merdeka di Universitas Samudra, sangat senang dan bersyukur sekali bisa mendapat kesempatan berharga yang tidak datang dua kali." Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka merupakan sebuah program mobilitas mahasiswa selama satu semester untuk mendapatkan pengalaman belajar di perguruan tinggi di Indonesia sekaligus memperkuat persatuan dalam keberagamaan. Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka sendiri merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Kesan awal saya saat tiba di Aceh lebih tepatnya kota Langsa, karena saat saya datang belum masuk musim hujan sehingga cuaca yang begitu panas, harus beradaptasi dengan rasa masakan cenderung pedas di lidah saya dan yang membuat saya terkesan dari Aceh yaitu keramahan masyarakatnya "Pemulia Jame Adat Geutanyoe. " Memuliakan Tamu adalah Adat Kita yang dipegang kuat oleh masyarakat.
Lalu apa yang membuat saya tertarik untuk mengikuti program ini? saya ingin belajar dan pastinya mendapatkan pengalaman baru, teman lintas budaya, mempelajari adat istiadat penduduk lokal dan salah satu kegiatan yang sangat ingin saya ikuti dalam PMM adalah Modul Nusantara, yaitu kegiatan non-akademik yang mencakup serangkaian kegiatan yang berfokus pada pemahaman dan peningkatan tentang kebhinekaan, inspirasi, refleksi, dan kontribusi sosial. Kegiatan modul nusantara bertujuan untuk memaksimalkan ruang pertemuan mahasiswa, meningkatkan pemahaman dan meningkatkan semangat toleransi.
Tradisi Peusijuek Mengawali perjalanan saya dalam mengikuti program ini, Peusijuek berasal dari bahasa Aceh yang mempunyai arti menjadi dingin atau mendinginkan, upacara adat yang bertujuan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta harapan memperoleh berkah dan selamat. Aceh sendiri mempunyai tradisi penyambutan yang unik menurut saya karena harus dilakukan oleh tokoh agama agar niat yang didoakan tidak menyimpang serta bahan yang digunakan dalam tradisi memiliki makna seperti dedaunan dan rerumputan yang melambangkan keharmonisan, beras dan padi yang melambangkan kemakmuran, air dan tepung ketan, sebagai simbol persaudaraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H