Lihat ke Halaman Asli

Inner Beauty - Spiritual (I)

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Inner Beauty, sebuah kata yang begitu magis. Sebagian besar orang percaya, bahwa ukuran paling sejati atas kecantikan, keindahan, dan keunggulan adalah “sesuatu” yang berasal dari dalam diri pribadi. Orang lantas berusaha mengendus “yang di dalam” itu dengan pelbagai teropong ilmu, agar dirinya dilingkupi oleh kecantikan alami. Dalam posisi inilah, saya ingin mencoba melihatnya dari sudut pandang spiritual. Dasar pemahaman saya adalah buku “Interior Castle” karangan Teresa dari Avila. Moga-moga bermanfaat.

[caption id="attachment_222633" align="alignleft" width="300" caption="(comotan dr google.com)"][/caption]

1.KEINDAHAN SEBUAH HATI

Teresa dari Avila lahir pada 28 maret 1515 di desa dekat Gotarendura, Spanyol. Ketika berusia 20 tahun, ia menjadi biarawati. Hidup di biara ternyata tak semudah bayangannya. Selama + 20th ia bersusah payah mencari inti hidupnya. Baru pada tahun 1554 ia mulai berkembang dalam olah rohani yang subur. Di biara St. Yosep di Toledo ia menuliskan buku “Istana Jiwa” selama 6 bulan sebagai buah pergumulannya dengan Tuhan.

Secara ringkas, buku ini sangat mencerminkan kisah rohani Teresa yang dari awal sampai akhir secara kaya dan mendalam mengulas relasi manusia dengan Allah. Ia berusaha membawa para pembaca masuk ke dalam jiwa yang ia gambarkan seperti istana yang indah dengan tujuh lapisan. Dengan demikian, buku ini sebenarnya juga mengisahkan pengalaman kebanyakan orang yang berjalan menuju Allah.

Teresa menunjukkan, bahwa jiwa begitu luhur, cantik, indah. Di situlah INTI JATIDIRI MANUSIA TIDAK PERNAH BISA DIRUSAK, SEKALIPUN OLEH DOSA. Kenapa demikian? Jiwa diciptakan Allah dengan amat baik. Dan di pusat jiwa itu Allah yang mahamulia bersemayam. Ketika mampu menembus inti ini, manusia akan kembali mampu memancarkan keindahannya. Inilah penemuan atas pengertian dan pengalaman yang begitu indah dan bahkan sangat luar biasa.

Kiranya temuan ini identik dengan “inner beauty” yang seringkali kita dengar atau sebutkan. Lantas, bagaimana meraihnya? Marilah kita sedikit mencicipinya setahap demi setahap.

2.MENGAYUN LANGKAH UNTUK MEMBUKA HATI

Allah sebenarnya tinggal di pusat hati bak matahari yang menyinari seluruh ruang hati. Namun, sinar-Nya tidak bisa menerangi secara sama karena tirai-tirai yang memisahkan dari ruang ke ruang itu. Di satu ruang tampak remang-remang, di ruang lain lebih terang, dan di pusat ruang terang tanpa terhalang. Sebagaimana Allah menghendaki, agar manusia sempurna seperti Bapa di surga sempurna adanya, maka setiap orang diajak beranjak dari ruang yang gelap menuju kesatuan dengan-Nya.

Ketika seseorang mulai menyukai Allah dengan segala pernik-pernik sentuhan-Nya, ia sebenarnya mulai berjalan memasuki hati. Ia mulai dicerahkan oleh Matahari Ilahi, meski masih tampak samar-samar saja. Kehendak diri belumlah terlalu kuat dan sekadar suam-suam kuku. Lilitan binatang berbisa masih cukup mengganggu. Manakala hati bujukan setan makin kuat menggigit, ia akan segera mundur karena tidak tahan terhadap godaan.

Oleh karena itu, untuk membuka misteri hati terdalam, orang mesti memakai sarana sebagai alat, yakni: DOA. Inilah pintu masuk menelusuri ruang hati sampai ke pusatnya. Jiwa yang tidak berdoa bagaikan seorang lumpuh. Pantas disadari, pada mulanya doa itu masih teramat dangkal. Bibir bermantra tetapi pikiran dan hati masih dikuasai oleh yang duniawi. Maka, seseorang yang mau maju mesti selalu berusaha melepaskan segala penghalang dan melaksanakan kebajikan-kebajikan serta berelasi secara sadar dan intensif dengan Allah.

3.MENGOLAH HIDUP DI TAHAP PERTAMA

Kesadaran, bahwa dirinya ditarik untuk menekuni hidup agar makin maju dan berkualitas memunculkan beberapa prasyarat. Ada dua hal yang layak dilihat:

·Pengenalan Diri

Dengan mengenal diri secara utuh dan telanjang, seseorang akan dibawa pada keutamaan rendah hati. Inilah bangunan kokoh, agar tak terhempas oleh sekian banyak binatang ganas. Hal ini tidak berarti seseorang terus menerus mengadakan refleksi tentang diri sendiri dan gelisah. Bukan! Lebih daripada itu, mengenal diri lebih pada keberanian mengaca diri di hadapan Allah. Dengan begitu, seseorang akan mengenal kerendahan hati-Nya dan menjadi sombog karenanya. Sebab mengenal ketidakberdayaan diri sendiri tanpa mengenal kekuatan Tuhan, seseorang akan jatuh kepada keputusasaan.

Oleh karena itu, kerendahan hati juga bisa menjadi palsu ketika tenggelam dalam kerapuhan dan kepapaan kodrati, sehingga justru menjadi takut, khawatir, kecil hati, dan pengecut. Seseorang tidak perlu sibuk apakah orang lain melihat saya atau tidak? Jangan-jangan nanti dianggap sombong dan sok suci? Dapatkah seorang yang hina dan rendah seperti saya ini menempuh kebaikan yang luhur ini? Etc.

Kiranya jelas, seseorang yang hendak bertumbuh dan berkembang, ia hidup seturut anugerah yang disediakan oleh Allah. Kita pantas berjalan terus berjalan pada jalan dan Allah, sehingga dapat semakin masuk dan semakin menemukan keindahan ruang hati kita.

·Jalan Kontemplasi (Hidup di Hadirat Allah)

Apabila seseorang tidak terbuai untuk hidup sekadar remang-remang dan semakin menginginkan keindahan hati, di situlah anugerah kontemplasi mulai nyata. Sebuah mutiara berharga yang ditawarkan bagi setiap jiwa yang mencintai-Nya. Namun, kerinduan semacam ini menuntut bayaran yang setimpal dengan mau dan rela memersembahkan kurban-kurban besar kepada Allah.

Oleh karena itu, kita perlu menciptakan situasi hening, baik secara lahir maupun batin agar dapat menerima anugerah. Jiwa mesti makin terpikat kepada Tuhan, sehingga hanya terarah seluruhnya kepada-Nya dan merindukan-Nya serta karunia kasih-Nya. Manakala jiwa mengalami kasih-Nya, ia akan sanggup menanggung segala cobaan dan beban hidup seraya terus melangkah maju.

Yohanes dari Salib menasihatkan, “Seperti mustahil cahaya mataharitidak akan masuk ke dalam kamar, kita bila kita membuka jendela, demikian pula mustahil bagi Allah tidak akan masuk ke dalam hati kita, bila kita membukanya”. Maka, seseorang diajak untuk makin hening, agar tidak lalai oleh aneka pikiran yang berkecamuk akibat kesibukan sehari-hari. Jiwa yang hendak maju mesti berani membayar mahal untuk terus memberikan diri pada Allah sembari selalu merenungkan dan menyadari karunia-karunia-Nya yang begitu besar yang disediakan baginya.

Salam Cantik Alami.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline