Lihat ke Halaman Asli

Menunggu Cacian Kepala Negara

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya saya kurang tertarik memikirkan masalah keretakan hubungan anak bangsa Indonesia VS Malaysia. Kenapa saya bilang hubungan anak bangsa yang retak? Karena kita lihat pemerintah Indonesia VS Malaysia adem-adem ayam aja, dan mesra lagi. Apalagi dengan berkunjungnya SBY Ke Negeri Piramli itu. Namun saya terbangun dan sedikit mulai merasa resah ketika Mantan Presiden Indonesia BJ. Habibi di caci, selain beliau mantan presiden kita, beliau juga Fans berat saya.

Kejadiannya bukan hanya sekali, bahkan berkali-kali. Kalau sesuatu yang sudah dikerjakan berkali-kali maka bisa dinamakan dengan HOBI. Ini bukan masalah SERUMPUN yang sering di elu-elukan, dan bukan masalah SAKIT HATI. Tapi sudah bisa dikatakan sebagai pelecehan HARGA DIRI. Kalau begini jangan salahkan semua pihak tidak akan takut mencela Atau MENCACI negeri ini.

Meminta maaf adalah hal yang sangat dianjurkan, dan memaafkan adalah hal yang sangat mulia. Tapi dalam taubat ada istilah Taubat NASUHA, artinya dimaafkan dan tidak mengulanginya lagi. Atau minta maaf dan mengaku salah, lantas tidak akan mengulanginya lagi. Kalau minta maaf dan mengulanginya lagi itu namanya Taubat Sambal, pedas nya minta ampun, dan berhenti makan. Kemudian esok harinya dimakan lagi begitulah seterusnya.

Hinaan bukan lagi dilakukan oleh rakyat kecil yang cepat emosian dan terpancing ulah oknum tertentu yang memang ingin kehancuran antara jiran. Tapi kalau hinaan itu sudah datang dari seorang yang berpendidikan tinggi bahkan mantan pejabat negara, wah ini sudah keterlaluan. Apalagi dengan kata-kata  cacian memilih bahasa Binat*ng. Tapi saya pernah mendengar dan membaca sebuah nasehat ' Apa yang keluar dari mulut seseorang, mencerminkan sifat seseorang itu' berarti yang keluar kata-kata binat*ng mencerminkan sesungguhnya yang mengucapkan itu adalah...... Isi sendiri. Logikanya kan seperti itu.

Saya sangat setuju dengan pernyataan Ketua Komisi I DPR RI Bpk.Mahfudz Siddiq dalam wawancaranya di Metro TV. Beliau mengatakan kira-kira seperti ini ' Bahwa ketika cacian dan olokan dan perlakuan tidak senonoh terhadap anak bangsa ini terus menerus berkesenambungan dilakukan, apalagi sekarang sudah masuk kedalam tokoh-tokoh negara kita yang di olok-olokkan, maka saya sangat berharap pemerintah meninjau kembali hubungan Bilateral kedua Negara ini'.

Saya hanya berpendapat bahwa tingkat kenakalan rakyat malaysia sudah diatur sedemikian rupa. Untuk majikan silahkan siksa pembantunya, untuk kepolisian silahkan siksa rakyatnya, untuk mantan pejabat nya silahkan caci mantan pejabat juga. Dan saya menunggu cacian itu datang dari pemerintah berkuasa Malaysia kepada Pemerintah berkuasa Indonesia. kayanya seru nih....

Salam damai anak negeri. Tidak perlu emosi, mari menata hati. Semoga yang menganiaya diampuni dan yang teraniaya derajatnya semakin tinggi. kalau hidup sudah begini, kan indah. Waalhualambishowab.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline