Lihat ke Halaman Asli

Bang Fu

Kuncen di kolom #Criticaldailyreportase dan #PedagogI'n'AnalogI

Masjid Membawa Ketenangan?

Diperbarui: 2 April 2019   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketenangan,
Beberapa hari yang lalu, entah apa yang sebenarnya tengah menderapikiran-pikiran alam bawah sadarku, sebab beberapa kali aku kedapatan pikiranuntuk mengkhiri kehidupan ini dengan jalan yang jelas-jelas aku pribadimenolaknya. Alasannya dibuat bermacam-macam, kalo boleh ditarik lebih jauh,asumsiku pikiran-pikiran yang menderaku saat ini berawal dari perasaan sayayang dilukai.

Namun, aku bersyukur atas berbagai hal yang terjadi padaku itu, tanpanya akumungkin tidak mengenal sakit hati, tanpanya pula aku hanya seonggo manusia yangtidak memiliki perasaan yang sejatinya dimiliki manusia.

Semenjak itu pulalah, aku melihat adanya jiwa yang dihantarkan pada ketenanganpada sebuah tempat bernama masjid, selain sastra. Di masjid,ketenangan-ketenangan tidak bertumpukan satu sama lain, ia memiliki ruangptivasi yang intim pada masing-masing jiwa. Mereka terlihat segan terhadapbangunan ini yang perlahan-lahan berubah menjadi simbol belaka, sama halnyadengan keaadaan pasca modern dimana substansi semakin berjarak dari sebuaheksistensi. Miris.

Lalu, tepat pada jumat (15/3/19) aku mendengar kabar yang mengejutkan dariselandia baru. Dikabarkan seorang teroris merangsek masuk ke dalam masjiddengan membawa senapa serbu lalu menembak mati orang-orang muslim yang saat itutengah mengadakan sholat jumuah berjamaah. Kejadian itu distreaming melaluiakun facebooknya, sunggu hal itu benar-benar menyakitkan saya.

Lalu muncullah perdebatan-perdebatan yang menjijikkan dari kaum politisi dalammelakukan serangan terhadap pihak oposisi dengan mengaitkan tragedi kemanusiaandalam perbendaharaan keserakahan manusia, sungguh bodoh.

Beberapa orang jugamenyayangkan bahwa kejadia itu digunakan untuk menekan kebijakan mengenaiimigran. Maka dari situ saya melihat bahwa masjid tidak lagi menjadikonsekuensi amal ritual semata, melainkan ada aspek2 transendental yangmembuatnya menjadi ritual sosial.

#CriticalDailyReportase

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline