Lihat ke Halaman Asli

Tiga Jam Setelah Senja

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tiga jam setelah senja Alin, tubuhku seperti jatuh dari langit dan gemetar. Ada nyeri di punggungku. Kabel dan serat optik tumbuh menjadi sulursulur di leher dan tulang belakang. Aku manusia urban entah dari planet mana, meringkuk di sudut kamar dan membiarkan punggungku dicabik cabik jarum jam. Aku tidak menangis Alin, tidak pula menggerutu, karena ibuku bilang jangan pernah menangis karena nyeri di punggungmu. Ibuku pernah bilang, punggungku akan robek karena sepasang sayap tumbuh keluar. Apakah kau akan menangis Alin, jika kau punya sayap dipunggungmu besok pagi?
Malam ini tidak ada perayaan Alin, bendabenda di kamarku duduk di tempat masingmasing tanpa bicara. Aku juga tidak bicara, tersungkur dalam diam dan mencoba berbisik padamu, tentang sayap yang sedang tumbuh di punggungku.

Jakarta, 16 Juni tahun lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline