Lihat ke Halaman Asli

Hampir Sebuah Kisah Cinta (Sebuah Cerita Pendek)

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cerpen Ary Wibowo

PERLAHAN mata kaki perempuan itu menyelinap keluar dari lembar selimut. Permukaan kulitnya yang kuning langsat seolah memantulkan cahaya lampu kamar. Sedemikian kontras warna kaki itu dengan selembar selimut coklat yang menyelimutinya. Halus serupa kulit bayi, ditambah warna eksotik biru muda pada kuku-kuku jarinya

Mungkin dia tak akan pernah berada di sini, jika aku tak menemukannya di lantai dansa. Atau mungkin juga, semestinya dia tak berada di sini seperti halnya ia tak seharusnya berada di lantai dansa tadi malam. Ruang yang penuh kehampaan di tengah hiruk pikuk orang berbincang dan hingar musik yang menyumpal telinga.

Aku masih ingat saat mendapati tubuhnya serupa pualam memucat, berbalut sebuah tank top warna putih dan celana jeans pendek sedemikan ketat. Kaki jenjangnya terlekat sebuah sepatu kulit yang tingginya hampir sampai lutut. Perempuan itu tergeletak dengan rambut panjangnya menutupi hampir separo wajah. Harusnya dia tak berada di situ, terkapar di sudut lantai dansa seperti seekor kucing tanpa seorang pun peduli. Perempuan itu terlalu jelita untuk terkapar tak berdaya. Dan belakangan, aku mengenalnya sebagai Fara, seorang perempuan yang bisa dibeli dengan lima ratus ribu untuk menemani malam.

Kupikir perempuan seperti dia tak selayaknya berada di dunia sekeras ini. Lihatlah bagaimana matanya terpejam seperti kanak-kanak yang lelah bermain. Perempuan ini serupa malaikat yang kehilangan sayap. Aku memandangi pundaknya yang telanjang seperti pegunungan salju menantang para petualang untuk berseluncur. Aku menduga-duga adakah sayap di punggungnya yang halus itu? Barangkali tak pernah aku temukan sayap itu di punggungnya. Tapi aku menemukan simbol lain di bawah pusarnya yang tak kalah mengoda imajinasiku untuk menelusuri. Aku memerhatikan lekuk tubuh itu, lalu membenarkan letak selimut dan merapatkan pada pundaknya. Sesaat kulihat seberkas cahaya dari jendela memantul di wajahnya yang jelita.

KAMI berpandangan. Mata kami saling mengabarkan kesunyian masing-masing. Dia duduk di kursi sebelah meja, dan aku duduk di ranjang empuk menyandarkan punggung pada dinding kamar hotel. Jika aku tak salah menghitung, ini adalah kali yang ketigapuluh dia mengencaniku. Dan masih seperti sebelumnya, dia tidak melakukan apa-apa.

Kupikir dia cukup jantan. Tubuhnya berotot dan atletis seperti menjanjikan kehebatan dalam bercinta. Matanya senantiasa bersinar setiap kali memandangiku. Tapi, aku tak mengerti bagaimana sepasang mata yang menatap tajam itu seringkali berangsur meredup setiap kali aku membalas tatapannya. Dia hanya menyunggingkan senyum pada rahang wajahnya yang tegas. Dan menurutku, barangkali senyum itu adalah sebuah ajakan agar aku segera memulai mencumbunya, dan melakukan pekerjaanku.

Tapi aku salah. Ketika aku beringsut dari ranjang untuk menghampirinya, ia malah merapatkan jari telunjuk ke bibirnya. "Ssst.., tidurlah," bisiknya dengan tatapan mata lembut, seolah ada pendar mercu suar di sana menerangi temaram malam-malamku. Seorang lelaki yang aneh. Tak seperti tamu atau pelanggan lain, yang selalu saja terburu-buru untuk segera menerkam tubuhku. Tapi, lelaki ini dengan ketenangannya sungguh menumbuhkan belukar pertanyaan dalam benakku.

"Mengapa selalu kau sia-siakan waktumu hanya untuk memandangiku?" ucapku sembari menyentuhkan wajah di permukaan bantal. Kami saling berpandang. Lalu aku menatap lelaki tersebut bangkit dari kursi menuju jendela.

"Apakah, kau ingin tahu?"

"Ya. Tentu saja ingin tahu, mengapa kau mau membuang waktumu dengan menyia-nyiakan lima ratus ribu hanya untuk memandangi perempuan yang tak berarti sepertiku?" aku menimpali. Mungkin kalimatku terkesan sinis, karena barangkali aku sudah mulai bosan dengan kebiasaannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline