Lihat ke Halaman Asli

Timnas Tak Punya Rasa Takut

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Luar biasa…! Itulah yang bisa saya simpulkan ketika membaca wawancara kompas.com pagi ini dengan pelatih Timnas Indonesia, Nil Maizar. Sungguh kalau ada yang mengatakan dia adalah motivator ulung tidaklah salah. Kalau ada yang bilang dia adalah sosok religius juga tidak keliru, bahkan kalau ada yang bilang dia adalah sosok pemberani dan berjiwa patriotik, juga benar adanya.


Semuanya dijelaskan secara gamblang dengan kata-kata yang penuh makna seakan-akan kita tidak sedang menyimak jawaban seorang pelatih bola.


Baiklah.., silahkan sahabat semua membaca dan menyimak, memahami dan kemudian menyimpulkan sendiri.


Berikut wawancara wartawan Kompas Ferril Dennys dan Ary Wibowo deengan Nil Maizar yang dimuat Kompas.com hari ini, 08/11/2012.


Saat ditunjuk oleh PSSI sebagai pelatih timnas Indonesia, Anda sadar persepakbolaan Tanah Air sedang tidak kondusif?

“Saya sadar itu. Saya hanya mengganggap hal itu sebagai sebuah risiko. Banyak yang bilang,
‘Ngapain ke timnas? Bagusan tetap di Semen Padang. Apalagi, Semen Padang sedang onfire.’ Seperti yang pernah saya bilang ke teman-teman wartawan, saya melatih timnas dengan sebuah kejujuran. Saya juga coba berusaha menapak tangga yang lebih tinggi.”



Bagaimana menghadapi berbagai cercaan yang ditujukan kepada Anda?

“Kita harus bisa menyikapi berbagai masalah dalam kehidupan ini. Kita bisa menyikapi masalah tersebut bisa berat atau ringan.”



Apakah berbagai cercaan tersebut membuat Anda tertekan kala melatih timnas?


“Kita harus bahagia. Bahagia itu karena diri sendiri. Untuk apa harus disesali? Saya bahagia melatih timnas ini meskipun ada dualisme. Tapi, dualisme itu versi mereka. Saya berada di jalur yang resmi diakui FIFA dan federasi resmi (PSSI). Jadi, ngapain saya harus takut? Kecuali, saya melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak sesuai dengan hati saya. Hati saya mengatakan ini benar.”

“Saya lebih baik bela negara semampu saya. Dan, tugas saya hanya melatih, melatih, dan bertanding. Saya hanya bekerja dan tidak perlu banyak bicara. Soalnya, orang dinilai dari perbuatannya, bukan perkataannya. Saya percaya dunia ini bisa berubah dengan dua cara, yakni dengan perbuatan dan pikiran.Tuhan juga mengatakan bahwa kerja harus sungguh-sungguh. Ikhlaskan hasilnya kepada dia. Jadi, tak perlu pikirkan hasilnya. Kalau pikirkan hasilnya, pusing kita. Terkadang manusia gak tulus bekerja.”

Dengan berbagai persoalan, apakah Anda sempat letih?




“Bukan letih. Hidup ini harus ikhlas dengan menyerahkan segala kehidupan ini kepada Allah. Kalau kita bersandar kepada manusia, capek kita. Allah pasti bantu kita kalau kita bersandar kepada Dia.”


Apa yang Anda katakan kepada pemain?


“Saya tekankan kepada pemain, saya melatih dengan tulus dan ikhlas. Tanpa ada apa-apa. Berbanding terbalik dengan pemain. Pemain harus berlatih dengan keikhlasan, kesungguhan, dan hati yang tenang. Mereka akan mendapatkan lebih dari apa yang telah mereka berikan. Jangan Anda melakukan pekerjaan karena rutinitas. Dalam bidang apa pun, Anda harus bekerja dengan hasrat. Kalau bekerja dengan hasrat, Anda bekerja dengan tenang dan mendapatkan hasilnya.”


Sama sekali Anda tidak pernah berpikir untuk mundur dari timnas?


“Ada cerita untuk Anda. Pangeran Aleksander dari Persia. Dia sampai ke suatu pulau. Setelah itu, para prajuritnya meminggirkan perahu-perahu di tepi pantai. Pangeran tersebut kemudian memerintahkan kepada prajuritnya untuk membakar perahu-perahu tersebut.”

“Arti dari cerita tersebut adalah jangan ada pikiran untuk kembali kalau kita sudah berada di medan perang. Risiko dan tantangan apa pun harus kita tanggung. Kita harus punya mimpi jika ingin segala hal terjadi sesuai keinginan kita. Kenapa orang kaya makin kaya, sementara orang miskin semakin miskin? Orang kaya kalau dapat satu mobil, dia berpikir bagaimana mendapatkan dua mobil. Kalau orang miskin, dia cukup berpikir untuk makan sehari ini saja.”


Anda terkesan lembek terhadap pemain, terutama masalah disiplin?


“Siapa bilang tidak tegas.”


Anda tidak pernah mencoret pemain indisipliner. Apa karena stok permain terbatas sehingga Anda jadi kompromistis?


“Bukan. Saya tidak pernah mencoret karena saya sayang terhadap pemain. Kalau dia tidak mau bela timnas, ya tidak apa-apa. Kita punya hati. Saya hanya tidak ingin mempersulit urusan orang lain. Terlebih, ada batas waktu menentukan pemain yang tepat untuk membela timnas.”

“Saya menekankan kepada mereka bahwa pemain yang membela timnas seharusnya sudah berpikir di level tertinggi. Timnas ini bisa dibilang puncak karier. Jadi, pemain harus berpikir, cara sikap, bertindak, dengan high level. Namun, itu tergantung kepada pemain karena yang menentukan masa depan mereka ya mereka sendiri. Saya cuma mengarahkannya.”

Bagaimana Anda memotivasi pemain?

“Apa pun pekerjaan manusia, kita harus menyandarkannya kepada Tuhan. Kekuatan Tuhan jangan diabaikan. Saya hanya berserah diri saat memulai pekerjaan ini. Tidak ada ketakutan dan waswas. Kalau Anda takut dan cemas, Anda berteman dengan iblis.”

“Anda berteman dengan Allah kalau ada bahagia, damai, dan tenang di hati. Nah, itu yang saya berikan kepada pemain agar mereka tidak cemas saat bertanding. Pemain harus kerja total dan sungguh. Hasilnya, bukan urusan mereka, urusan Allah. Anda tahu keran air? Keran air itu mengalir 24 jam dan Allah memberikan rezeki seperti itu. Kenapa manusia menutupnya? Karena dia takut dan cemas. Coba kalau dia lepas, misalnya kerja dengan ikhlas, maka pasti dia akan mendapatkan lebih daripada yang dia inginkan.”


Apa ada pertemuan khusus bersama tim untuk memberikan spirit semacam ini?

“Tidak ada pertemuan khusus. Saya biasanya bicara ini sambil makan atau latihan. Hal-hal seperti ini adalah aspek yang dibutuhkan pelatih. Kalau hanya melatih
shooting dan passing, semua pelatih kan bisa, karena semua pelatih memiliki materi yang sama.”

“Namun, sisi lain semacam ini (pendekatan emosional), itu yang penting. Saya sebagai pelatih ingin memanusiakan pemain, bekerja dengan hati, dan melayani. Dalam kondisi dan situasi seperti ini, semua tidak boleh dilawan dengan emosi.”
Rencananya ada beberapa pemain, termasuk naturalisasi, yang akan bergabung dalam waktu dekat ini. Apakah itu tak membuat pemain lain yang sudah lama bergabung cemburu?

“Itu yang harus kita terangkan kepada pemain. Yang penting, jangan ada pemain yang bertanya dengan kalimat ‘kenapa’. Pertanyaan itu nuansa dan muatannya yang terkandung negatif semua. Misalnya, pemain dapat bertanya, ‘Kenapa saya tidak memakai rompi dan dia pakai? Kenapa saya dimainkan dan dia tidak, dsb’. Yang harus dipikirkan pemain adalah bagaimana. Misalnya, pemain dapat berkata, ‘Bagaimana membantu timnas agar bisa menjadi lebih baik?’, ‘Bagaimana membantu pelatih untuk memberikan hasil latihan yang baik
?’.



Apakah dalam tim Anda memiliki tekad seperti itu?
“Anda bisa melihat sendiri ketika saya latihan pagi dan sore. Insya Allah, kalau menurut pandangan saya. Intinya, saya tidak bisa menilai tim saya sendiri. Saya bisa saja menilai tim ini hebat. Tapi, mungkin orang lain bisa berpikir sebaliknya.”

Realistiskah target juara?



“Jangan Anda memikirkan target juara dulu. Keinginan yang dipikirkan itu memang keinginan semua orang. Tapi ingat, salah satu penyebab kenapa orang tidak pernah mendapatkan apa yang dia inginkan karena dia tidak tahu apa yang diinginkannya. Kedua, karena keinginannya itu diubah setiap saat. Kalau seseorang itu tahu keinginannya, dia pasti akan mendapatkannya. Nah, keinginan kita sebagai pelatih, dan siapa pun di dunia ini, pasti menjadi juara. Tapi, untuk ke sana, yang harus kita jaga dan lakukan adalah menjaga proses untuk menjadi juara itu.”

“Proses untuk juara adalah kondisi tim harus bagus, cara melatih harus bagus, penjagaan kondisi pemain harus bagus, istirahat, gizi, dan sebagainya itu harus bagus. Jadi hasilnya baru akan bagus. Tapi, saat ini kita bermimpi juara, tetapi latihan saja pemain tidak pernah lengkap, lalu kondisi tim tidak kondusif (karena konflik).”
Apakah proses tersebut sudah sesuai yang Anda inginkan?

“Saya berprinsip, apa yang saya rasakan, saya dapatkan. Jadi, kondisi tim sekarang sudah bagus, motivasi sudah bagus, luar biasa, dan tidak ada rasa takut. Jadi, proses tersebut sudah sesuai dengan keinginan saya, meksipun ada kerikil-kerikil.”



Banyak pihak menganggap tim Anda dihuni pemain yang minim pengalaman internasional. Bagaimana pendapat Anda?


“Nah, itu yang tidak boleh. Anda ingat salah satu kunci kehidupan ini. Jangan pernah menganggap remeh sesuatu hal yang tidak pernah Anda ketahui. Percayalah, suatu saat orang akan lebih dari yang Anda bayangkan. Jangan pernah meremehkan tim ini. Kalau anda menzalimi orang, Anda akan mendapatkan hal yang sama.”


Seandainya target juara tak tercapai, apakah Anda berencana mundur?


“Saya tidak pernah berpikir seperti itu (gagal juara). Anda tidak boleh berpikir seperti itu. Kalau Anda berpikir ke arah itu, Anda akan terbawa ke sana.”


Pandangan Anda mengenai kekuatan lawan?


“Kita sudah mempersiapkan segalanya. Fabio (asisten pelatih) sudah memantau dan  menganalisis permainan Singapura. Kami menganalisis permainan Malaysia lewat video, Begitu juga dengan Laos. Jadi, hal-hal yang berhubungan positif, kita terus lakukan semaksimal mungkin. Di benak kita kan tertanam jiwa Merah Putih, kita harus yakin bisa bersaing dengan mereka. Jangan takut.”
maju terus timnasku , terbang tinggi garudaku




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline