Lihat ke Halaman Asli

Bagus Ari Haryo Anugrah

Penikmat tulisan

#SaveUighur, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Diperbarui: 24 Desember 2018   04:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

orang muslim di Tiongkok menjalankan sholat maghrib berjamaah di masjid lokal (dok. pribadi)

Ada istilah mengatakan, "Tuntulah ilmu sampai ke negeri China". Yang berarti dalam mencari ilmu dan belajar tidak mengenal batasan waktu, tidak mengenal batasan tempat, di mana atau sampai ke mana. Kenapa? Karena belajar adalah kunci kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Dengan belajar kita akan tahu, paham, dan mengerti.

Tepat tanggal 22 Juli 2018, residence permit atau visa izin tinggal saya di Beijing telah berakhir. Yang berarti masa menjadi mahasiswa untuk berjuang mencari ilmu selama 6 tahun di Beijing resmi selesai.

Semua berjalan lancar walaupun dalam prosesnya banyak pengalaman dan kesulitan-kesulitan yang saya hadapi. Tapi atas petunjuk dan kehendak Allah SWT, saya bisa menyelesaikan masa pendidikan selama kurang lebih 6 tahun dengan tepat waktu.

Akhir-akhir ini saya menerima banyak mention dan direct message melalui media sosial maupun personal. Mereka mengirimkan serba-serbi foto dan video yang saat ini sangat viral di media sosial Tanah Air Indonesia.

Info-info tentang penindasan dan kekerasan terhadap muslim Uighur di Xinjiang, adanya pelarangan berpuasa, dilarangnya penggunaan hijab bagi para akhwat, dan dilarang memelihara jenggot bagi para ikwan, serta ada beberapa berita menyimpulkan bahwa rezim Xi Jin Ping adalah rezim komunis yang Anti-Islam. 

Sebelumnya saya mohon maaf kepada teman-teman yang sudah bertanya, tapi saya belum sempat untuk memberikan tanggapan dan jawaban karena merasa bukan "wilayah" saya dalam memberikan klarifikasi. 

Tapi dalam tulisan ini, saya akan menyampaikan dalam konteks status saya sebagai salah satu pelajar yang pernah belajar langsung dari negeri tirai bambu berdasarkan pengalaman kurang lebih 6 tahun.

Sebagai informasi kepada teman-teman yang di Tanah Air, bahwa Tiongkok memiliki 10 etnis muslim, yakni etnis Hui, Uighur, Kazakh, Dongxiang, Kyrgyz, Uzbek, Salar, Tajikistan, Bonan, dan Tatar. Di antara 10 etnis tersebut, HUI dan Uighur yang memiliki kelompok muslim terbesar di Tiongkok.

Semoga dengan adanya info ini, teman-teman di Tanah Air jangan beranggapan saudara-saudara muslim kita di Tiongkok hanya ada di Xinjiang (Uighur) saja, tapi masih banyak etnis lainnya juga yang ada di Tiongkok.

Berdasarkan pengalaman saya, Alhamdulillah selama ini saya beserta rekan-rekan pelajar Indonesia maupun pelajar dari negara lain di Tiongkok yang beragama Islam, lancar dalam menjalankan ibadah, puasa saat bulan Ramadhan, Sholat Jum'at di masjid lokal, dan sholat Idul Fitri/Idul Adha pun tidak ada kendala.

Berikut saya lampirkan beberapa foto saudara muslim kita yang ada di Tiongkok. 

foto2. masyarakat setempat belajar Qur'an (dok. pribadi)

foto3. menjelang buka puasa (dok. pribadi)

foto4. Imam Masjid dan pengurus masjid menjelang buka puasa (dok. pribadi)

foto5. bersama imam dan pengurus masjid (dok. pribadi)

foto6. Shalat Jum'at di masjid lokal (dok. pribadi)

foto7. setelah sholat Idul Adha di Masjid Niujie (dok. pribadi)

foto8. makan bersama di Restaurant Muslim di Beijing (dok pribadi)

Terkhusus etnis Uighur di Xinjiang, mengapa mereka mendapatkan "perlakuan khusus" dari Pemerintah setempat? Menurut pandangan saya, permasalahan ini merupakan urusan domestik negara Tiongkok.

Setahu saya, Etnis Hui sangat bebas untuk melakukan Ibadah dan sebagainya, sementara etnis Uighur tidak terlalu diberikan kebebasan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline