Lihat ke Halaman Asli

Hilang Tanpa Kata

Diperbarui: 3 Oktober 2016   14:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Masih terasa demikian dekat,
Kala senyum menghantar lelap,
Kala genderang rindu masih tereja,
Kala percakapan masih menjadi ekstase melampaui dunia maya,
Kala malam masih menyimpan lipatan mimpi atas esok yang dinanti,
Kala sentuhan dan panggut bibir mengganti dahaga,
Kala hati masih percaya untuk di jaga.
Kala panggilan cinta masih berserat asa.
Kala bersama terasa nyata.

Rindu terasa demikian pekat,
Pada malam dingin yang tak mampu bertemu lelap,
Mengais hangat pada tumpukan kenangan,
Diantara lipatan mimpi patah yang mengejek di sudut ruangan,
Ingin kupanggil cinta berserat asa
Tapi mungkin ia telah beranjak pada dunia yang berbeda - seiring rasa sayangnya pada hatiku yang lenyap .. rona jingga tak lagi hidup dalam relungnya.

Sebenarnya aku tahu, meski hati tak ingin tahu.Terlepas dari 'percaya' yang berlahan runtuh kala rasa tak lagi tereja dan ia masih saja mendua. Entah berpenggangan pada sisa-sisa rasa yang mana. Ia telah memilih tuk tak menjaga rasa. Membalutnya dengan tuntutan mengada. Di tengah gamblang manifestasi waktu yg tak dibuat, kabar dan cerita yang tak terdengar, nirketerlibatan atas nama individuasi yang megah, lumatan rindu yang tak pernah tercipta, dan apapun rangkai rasionalisasi diatas rasa. Sayang atas hati dan perasaan telah hilang, secepat pukulan yang bertubi di tengah malam.

Masih terasa demikian dekat,
jingga yang hanyut dalam ekstase hidup yang tak cukup,
meski realita menutur lugas "pergi menikahlah dengan dia"
sekedar menegaskan cinta tak lagi menyala
Meski masih kudengar 'cinta' walau tak lagi berserat asa

sleepless-denganrinduygtaklagisatu-20161003




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline