Lihat ke Halaman Asli

aryavamsa frengky

A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Solusi Atasi Kekerasan di Sekolah

Diperbarui: 3 Oktober 2024   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.freepik.com

Harian Kompas 1 Oktober 2024 menerbitkan berita terkait adanya pelonjakan jumlah kasus kekerasan di sekolah. Setidaknya tercatat terjadi peningkatan jumlah korban kekerasan di sekolah mencapai 144 korban dari murid-murid.

Lonjakan ini terjadi di saat implementasi kurikulum merdeka (IKM) mulai marak, dan tentu ada saja netizen yang menyuarakan bahwa IKM gagal dalam menciptakan sekolah yang ramah anak.

Menurut penulis sebagai pendidik yang pernah memimpin sebuah sekolah swasta, kejadian apapun yang mendatangkan kekerasan antar murid itu tidak didasarkan kegagalan sebuah kurikulum, namun lebih kepada kegagalan dalam memahami cara berpikir sivitas sekolah yang mendatangkan kekerasan.

Kekerasan dalam bentuk apapun dan dilakukan oleh siapapun adalah bagian dari ketidakbahagiaan yang hadir dalam kehidupan seseorang atau sekelompok orang. Hanya orang-orang yang tidak bahagia atau menderitalah yang dapat melampiaskan penderitaannya dalam bentuk kekerasan.

Sebaliknya mudah sekali untuk memahami bahwa orang yang bahagia pasti mereka senang sekali berbagi kebahagiaan, dengan senyum yang penuh kasih sayang dan juga melakukan beragam kebaikan dalam beragam bentuk.

Mari kita mengamati kehidupan kita pribadi, di saat kaki kita tertusuk duri atau mungkin di saat tangan kita tergores pisau yang tajam, rasa nyeri yang hadir itu akan melahirkan penderitaan, dan penderitaan yang ada itu tentu akan membawa kita kepada sikap kesal, marah, gelisah, khawatir dan pikiran negatif lainnya yang pada akhirnya terciptalah sebuah tindakan untuk memarahi orang di sekitar kita, atau merusak barang-barang di sekitar kita atau tindakan ekstrim negatif lainnya.

Pemahaman bahwa kekerasan dapat dilakukan oleh mereka yang menderita dapat membantu kita untuk mengatasi kekerasan di sekolah tanpa harus membuat satuan tugas khusus yang sering kali malah hanya menyelesaikan masalah di permukaan saja.

Sekolah dapat melakukan evaluasi total terkait proses pembelajaran yang diberikan kepada para murid, dan juga bagaimana komunikasi formal dan informal yang dibangun di sekolah antar kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan orang tua serta mitra sekolah. Sekolah perlu senantiasa melakukan pendekatan yang reflektif bukan hanya regular yang hanya basa-basi.

Pemimpin sekolah wajib dapat membaur ke lingkungan murid, guru, tenaga kependidikan dan orang tua serta mitra sekolah. Pemimpin sekolah adalah orang kunci /key person yang dapat membentuk sekolah menjadi tempat yang ramah dan nyaman untuk semua. Pimpinan sekolah di beberapa sekolah negeri adalah kepala sekolah namun di beberapa sekolah swasta adalah kepala sekolah atau direktur sekolah.

Pimpinan sekolah perlu membangun komitmen bersama sivitas sekolah untuk bertekad membangun sekolah yang ramah dan nyaman untuk semua, komitmen ini bukan sekedar diikrar, dipajang dalam bentuk banner, diiklankan di media sosial, dan disiarkan hingga masuk media nasional. Komitmen ini dilakukan dalam bentuk pemikiran sederhana dengan rangkaian tindakan yang berkelanjutan.

Berdasarkan pengalaman penulis, penulis memulai dari memikirkan afirmasi atau kata-kata penguat yang mudah diingat, enak terdengar dan bergelora semangat ketika disampaikan dilengkapi dengan gerakan yang menguatkan. Afirmasi ini sangat perlu diciptakan, lalu disampaikan, diucapkan berulang-ulang secara rutin sehingga akhirnya menjadi sebuah kebiasaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline