Lihat ke Halaman Asli

aryavamsa frengky

A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Belajar Pendidikan Karakter dari Negara Tirai Bambu

Diperbarui: 20 Desember 2023   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.freepik.com

Penulis mendapat inspirasi menulis kali ini setelah penulis menjadi moderator untuk sebuah kegiatan Talk Show dari sebuah sekolah swasta di Sleman Yogyakarta yang sedang merayakan hari jadinya yang ke-17. Talk show ini mengangkat sebuah tema "Membangun Karakter Untuk Indonesia" dengan mengundang 3 nara sumber yang memiliki kompetensi berbeda satu sama lainnya.

Salah satu nara sumber memberikan penjelasan terkait bagaimana negara Tiongkok bisa maju pesat walau kemerdekaannya lebih terlambat dari negara Indonesia. Nara sumber ini menjelaskan," Ada cara berpikir yang berbeda yang dimiliki oleh rakyat Tiongkok yaitu mereka diajarkan untuk tidak boleh miskin dan tidak boleh bodoh". Sejak berulang-ulang dijajah, pemimpin Tiongkok menyadari bahwa kelemahan negara mereka adalah jika rakyatnya bodoh dan miskin, untuk itu Tiongkok menyadarkan rakyatnya untuk semangat belajar dan bekerja agar terbebas dari kebodohan dan kemiskinan.

Prinsip dasar ini melahirkan karakter rakyat Tiongkok yang ulet, cepat, cekat dan tepat dalam belajar dan bekerja. Karakter belajar sampai mahir, bekerja sampai tuntas telah menjadi budaya yang berkembang di Tiongkok. Lihat saja bagaimana para pelajar mereka dalam belajar, mereka sungguh-sungguh untuk dapat memahami sesuatu, dan juga lihatlah bagaimana mereka bekerja, mereka bergerak dengan cepat, ulet dan tepat sesuai dengan harapan yang diinginkan.

Jika kita ke Tiongkok kita dapat menemukan brand otomotif karya warga Tiongkok sendiri yang kadang kala mereka bisa membuatnya dalam skala industri rumah tangga. Ini menunjukkan betapa rakyat Tiongkok mampu untuk  membuat sesuatu yang rumit hanya lewat industri rumah tangga.

Keinginan untuk bebas dari kebodohan dan kemiskinan pun terbentuk dikarenakan persaingan antar warga Tiongkok yang begitu ketat. Jumlah penduduk yang melebihi 1,4 miliar orang memberikan pemahaman bahwa jika individu tidak siap dengan kompetensi masing-masing, maka mereka akan terlindas oleh miliaran orang lainnya.

Selain jargon "Tidak Miskin dan Tidak Bodoh" yang mendorong rakyat Tiongkok untuk maju adalah sistematis pendidikan karakter yang dibuat oleh pemerintah Tiongkok yang ditanamkan kepada para murid sejak pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi.

Pemerintah memberi penguatan karakter disesuaikan dengan kategori usia. Untuk pendidikan di usia dini hingga pendidikan dasar, fokus pendidikan karakter kepada pengetahuan murid terkait mana yang patut dan tidak patut dilakukan, mana yang benar dan yang salah. Para murid di usia ini cukup mengikuti segala hal yang disampaikan oleh gurunya terkait hal yang benar dan salah, patut dan tidak patut. Murid tidak diajak untuk berdiskusi mengapa ini salah dan mengapa ini benar, murid cukup melaksanakan yang benar dan menghindar agar tidak melakukan yang salah.

Fokus pendidikan karakter pada pendidikan menengah adalah bagaimana para murid memahami cara untuk peduli dan merawat kesehatan mental mereka. Di sini para murid diajak untuk mengetahui kesehatan mental dan dampaknya bagi perkembangan diri mereka. Mereka diajar untuk memahami mental mereka, gejolak mental apa saja yang mungkin terjadi di usia mereka, serta bagaimana cara mengatasinya. Pada usia ini diharapkan para remaja memiliki ketrampilan untuk melakukan regulasi emosi mereka sendiri sehingga mereka tetap dapat menjadi pelajar yang teladan bebas dari perilaku buruk remaja pada umumnya.

Selanjutnya pendidikan karakter untuk mahasiswa di perguruan tinggi difokuskan untuk menguatkan rasa cinta tanah air agar nasionalis namun dikuatkan juga tentang pluralisme agar kelak para mahasiswa setelah lulus dapat hidup berdampingan dengan masyarakat global yang memiliki identitas nasional Tiongkok.

Kejelasan fokus yang mengarahkan pendidikan karakter di setiap lini usia menjadi sebuah ketajaman yang mampu membangun rakyat Tiongkok bervisi untuk maju. Ini menjadi sebuah 'quantum leap' bagi Tiongkok untuk mendongkrak kualitas SDM yang begitu besar dalam skala jumlah. Namun pemerintah tidak cukup untuk memberikan fokus kepada pendidikan karakter saja, namun pemerintah Tiongkok mewajibkan pendidikan budi pekerti untuk dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.

Pendidikan budi pekerti ini menjadi pembelajaran yang reguler yang dimasukan dalam kurikulum pembelajaran dari unit pendidikan usia dini hingga pendidikan tinggi. Pendidikan budi pekerti ini bukan hanya pelajaran teoritis namun juga praktis, sehingga guru bertugas tidak hanya memberi informasi terkait budi pekerti yang diharapkan namun juga mengamati bagaimana murid mempraktekannya dalam keseharian mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline