"Ini hanya celoteh penulis yang masih belajar memahami cinta"
Secara alami setiap kehidupan manusia menjadi hidup diawali dengan adanya cinta yang dikembangkan oleh seorang ibu/perempuan yang melahirkan kita, walau tidak semua perempuan yang melahirkan kita mengharapkan kita hadir.
Kelahiran kita hingga kita saat ini bisa tumbuh dan berkembang tentu berkat cinta kasih yang diberikan kepada kita khususnya oleh orang yang mengasuh kita di masa kita masih bayi hingga anak-anak.
Cinta memang tumbuh dari suatu niat baik yang disalurkan menjadi tindakan yang baik. Cinta tidak dapat dipaksa untuk tumbuh, cinta yang dipaksa untuk tumbuh itu namanya perintah bukan cinta.
Di saat kita memulai menumbuhkan cinta terhadap diri kita sendiri, di saat itu kita mulai menumbuhkan pemahaman bahwa diri ini penting untuk dicintai.
Sebagian orang mencintai dirinya dengan cara merawat dirinya dengan baik mulai dari menjaga makan makanan yang tepat, menjaga kebugaran tubuh dengan cara olahraga, menjaga kepandaian dengan terus belajar, menjaga moral dengan terus memperhatikan sikap yang pantas dan tidak pantas, menjaga hati dengan terus mengembangkan kebaikan, dan menjaga lainnya.
Prinsip mencintai diri sendiri juga dapat berkembang dengan memberikan kebebasan diri untuk mengeksplorasi hal yang ingin diketahui seperti melakukan eksplorasi tentang arti cinta pada seseorang, mengeksplorasi tentang pengetahuan tentang satu hal yang ingin diperdalami, mengeksplorasi tentang keyakinan agar sesuai dengan nurani diri.
Terkadang orang di luar diri kita melihat kita yang mencintai diri sendiri ini cenderung egois, karena mereka menempatkan diri mereka sebagai orang di luar diri kita. Mereka memandang kita terlalu memikirkan diri kita sehingga dampaknya mereka tidak ikut dipikirkan, di sini mereka sendiri terjerat dengan konsep cinta diri sendiri yang egois. Padahal mereka sendiri pun egois karena mereka mengharap diri mereka mendapat tempat dalam pengembangan cinta yang kita lakukan untuk diri kita sendiri.
Apakah benar cinta terhadap diri sendiri itu egois? Sudut pandang perlu diperhatikan untuk menjawab pertanyaan ini. Guru-guru besar bijaksana di dunia ini selalu memulai perjalanan spiritual mereka dengan cara menguatkan cinta dari dalam diri mereka terhadap keinginan diri mereka sendiri.
Mereka cenderung menyendiri, merenung, dan mencari jalan agar mereka menemukan cinta yang mereka harapkan atas kehidupan mereka. Setelah mereka berhasil mengembangkan cinta atas diri mereka, mereka akhirnya dapat mengembangkan cinta tersebut ke banyak orang dan menyebarkannya ke banyak tempat.