Hari ini penulis mendapat kesempatan yang baik untuk mewawancari kepala sekolah unit SD (Sekolah Dasar).
Pada kesempatan kali ini, penulis mendapat sebuah inspirasi yang sangat bermanfaat untuk dikembangkan di unit SD khususnya dalam memberikan treatment untuk murid yang melanggar aturan sekolah sehingga menganggu murid lainnya secara sengaja dan dilakukan secara rutin.
Pelanggaran yang terjadi pada anak memang bukan sebuah tindakan kriminal seperti yang dilakukan oleh orang dewasa, namun pelanggaran ini adalah sebuah produk dari kurang tepatnya orangtua atau orang dewasa yang mengasuh sang anak dalam melakukan keteladanan terhadap anaknya.
Keteladanan ini meliputi ketegasan dalam memberi contoh sikap yang patut dan tidak patut, tata cara komunikasi yang membangun kemandirian bukan kemanjaan sehingga melumpuhkan sikap ketabahan dan menumbuhkan sikap kerewelan.
Murid SD yang melakukan pelanggaran bukanlah seorang pelaku yang menganggu murid lainnya, namun ia adalah korban dari kurang tepatnya keteladanan yang diberikan.
Untuk itu jika pendidik SD memahami hal ini maka tentu dapat memberikan perlakuan yang tepat kepada mereka yang melanggar aturan agar mereka dapat menguatkan diri mereka menuju kualitas mental yang diharapkan.
Dalam wawancara yang dilakukan penulis dengan Ibu Kepala SD salah satu sekolah swasta di Sleman Yogyakarta, Ibu Kepala Sekolah memaparkan dengan lengkap teknik-teknik yang dibangun di SD yang beliau pimpin mengenai bagaimana beliau dan tim pendidik memberikan perlakuan guna membuat para murid SD yang melakukan pelanggaran dapat menjadi lebih baik.
"Langkah awal yang perlu dilakukan adalah memahami pelanggaran yang dilakukan murid dari berbagai sudut pandang, kami selalu melakukan observasi dengan cara bertanya kepada murid yang terkait guna memberikan kesempatan sang murid ini untuk memberikan penjelasan dan memberi ia ruang untuk berlatih bicara apa adanya, selanjutnya kami juga menanyakan kepada teman-teman yang terkait dengan murid ini," tegas ibu kepala sekolah.
Kadang kala di saat diberi kesempatan untuk menjelaskan perihal pelanggaran yang dilakukan sang murid, mereka terkadang beralibi mengaburkan cerita kejadian dan bahkan ada yang mengingkari perbuatan mereka, namun untungnya ada keterangan dari teman lainnya serta dibantu dengan adanya CCTV maka murid ini akhirnya dapat mengakui dan dapat bercerita dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan kejadian yang terjadi.
Ibu kepala SD memaparkan, "Setelah ruang bicara diberikan kepada sang murid yang melakukan pelanggaran ini, kami infokan kepada sang murid mengenai dampak dari perbuatan yang ia lakukan. Selanjutnya setelah murid ini mengakui dan data-data berupa informasi dari teman dan CCTV telah lengkap maka kami panggil orangtua untuk mengetahui perbuatan anaknya ini agar orangtua juga dapat memberikan pendampingan di saat bersama anaknya."