Lihat ke Halaman Asli

aryavamsa frengky

A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Strategi Hindari Anak Kecanduan Gawai

Diperbarui: 31 Oktober 2023   18:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak dan gadget (shutterstock via kompas.com)

Kebiasaan baru telah bermunculan di saat anak-anak sudah diberi gawai, dan terkhusus juga ketika orangtua kewalahan menghadapi anaknya sehingga memudahkan untuk membuat anaknya diam adalah dengan memberikan kesibukan kepada anaknya dengan sebuah gawai baik itu berupa telepon pintar atau sebuah sabak elektronik.

Lambat laun tidak sedikit anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam bicara, kesulitan dalam motorik, serta menjadi mudah terganggu dalam fokus atau memiliki fokus yang pendek. Apakah para orangtua memahami dampak panjang dengan membiarkan anaknya berlama-lama dengan sebuah gawai?

Penulis dapat memberikan pernyataan di atas dengan gamblang karena penulis sebagai pendidik dan juga terapis mental pernah mendapatkan laporan dari orangtua terkait anaknya yang mengalami kesulitan bicara, emosi yang labil, serta sulit fokus dikarenakan anaknya memiliki kebiasaan menggunakan gawai sebagai alat bermainnya sepanjang waktu.

Setelah kita tahu dampak panjang yang begitu membahayakan bagi anak kita terkait penggunaan gawai khususnya dalam hal ini gawai dijadikan hiburan semata, maka kita perlu mencari strategi agar kita sebagai orangtua agar dapat membantu anak kita tidak terjerumus dalam ketagihan bergawai ria sepanjang waktu mereka.

Langkah awal adalah tentu langkah yang paling strategis, belikan anak kita mainan yang sesuai usia mereka. Orangtua tidak membelikan gawai sebagai kado kepada anaknya. Belikan mainan yang membuat anak kita bisa berinteraksi dan berkomunikasi bukan mainan yang hanya membuat anak kita diam membisu dan tanpa banyak bergerak.

Mainan yang paling murah adalah mainan bersama orangtua. Penulis sering mengajak main anak penulis dengan cara sederhana seperti bermain tebak-tebak hewan dengan huruf depan tertentu, atau mengajak tebak-tebakan sesuatu dengan deskripsi diberikan di depan sebanyak tiga deskrispsi.

Penulis juga sering mengajak main dengan anak laki-laki penulis dengan bermain kejar-kejaran, umpet-umpetan, lalu bermain kartu, bermain bola basket, hingga bermain sepeda di area off road agar lebih menantang.

Namun demikian penulis tetap kenalkan gawai ke anak penulis di usianya yang cukup untuk diberikan pengetahuan terkait gawai, bagaimana menggunakannya, kapan dipakai, dan juga durasi menggunakannya. Hal ini penulis ijinkan agar putra penulis tidak ketinggalan teknologi yang dekat dengan dunianya, namun tetap dalam posisi terkendali agar sang anak tidak kebablasan alias kecanduan.

Strategi kedua adalah biasakan di saat kumpul bersama anak kita, orangtua lepas dari gawai dan lakukan interaksi secara total. Perhatikanlah bahwa anak kita ini adalah peniru ulung, mereka dapat meniru segala gerak-gerik orang yang mereka cintai dan benci. 

Jadi ketika orangtua menggunakan gawai dalam waktu bersama anak-anak, mereka lambat laun juga ingin menggunakan gawai di saat kumpul bersama keluarga. 

Berilah teladan yang baik untuk anak kita agar mereka dapat memahami contoh nyata bagaimana kualitas interaksi di saat bersama-sama dalam momen keluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline