Lihat ke Halaman Asli

aryavamsa frengky

A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Membuat Sekolah Laku Keras

Diperbarui: 26 Juli 2023   05:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.suara.com

Di saat penulis menjalankan tugas sebagai kepala SD di salah satu sekolah swasta, penulis sempat menikmati belajar bersama kepala SD lainnya yang memiliki waktu yang lama menjadi kepala sekolah. Satu waktu penulis menyempatkan diri datang ke salah satu SD negeri yang kepala sekolahnya sangat ramah dan mengundang penulis untuk hadir bertamu ke sekolah yang beliau pimpin.

Dalam pertemuan ini, kami berdialog dan penulis mendapat satu pembelajaran menarik terkait penerimaan peserta didik baru di SD negeri yang beliau pimpin. Beliau mengatakan, "Pak walau SD kami ini bebas bayar atau gratis, sebagian warga di sekitar kami ini malah tidak memilihkan putra/i bersekolah di tempat kami, mereka lebih memilih bersekolah di sekolah swasta walau harus berbayar lebih".

Hiruk pikuk urusan penerimaan peserta didik baru (PPDB) di beberapa tempat tidak terjadi di SD Negeri ini, SD ini malah tidak menjadi sekolah rebutan malahan setiap tahun jumlah peserta didiknya berkurang jadi calon peserta didiknya tidak perlu memalsukan kartu keluarga mereka agar bisa dapat kursi di sekolah ini.

Penulis mengamati lebih dalam, dan bertanya-tanya, "Apa sebab sekolah ini tidak menjadi pilihan utama untuk melanjutkan pendidikan dasar, padahal  lokasi sekolah ini padat pemukiman?"

Kepala SD Negeri ini memberikan jawaban yang sangat lugas. "Pak, saat ini para orangtua yang ada di lingkungan ini yang keadaan ekonomi mereka sudah lebih baik, mereka lebih memilih menyekolahkan putra/i nya di sekolah swasta. Mereka menganggap di sekolah swasta lebih banyak program pengembangan daripada SD Negeri yang cenderung hanya menyelesaikan kurikulum saja atau text book saja. SD Negeri dianggap kurang update program-program yang inovatif dan kreatif".

Ungkapan dari kepala SD ini memberi gambaran yang jelas sekali. Keributan terkait PPDB di beberapa tempat di negeri ini mungkin disebabkan salah satunya adalah tingkat ekonomi warga yang masih belum baik sehingga tiada pilihan lain selain ke sekolah negeri, kemudian dikarenakan juga kurangnya sekolah swasta yang memadai di lingkungan tersebut, atau mungkin disebabkan sekolah negeri yang dituju masih melekat stereotip sebagai sekolah unggulan atau favorite.

Orangtua saat ini telah memiliki pemikiran yang jauh lebih mendalam terkait pilihan sekolah untuk putra/i nya, mereka tentu memilihkan sekolah terbaik menurut mereka yang mereka ketahui melalui informasi antar keluarga atau pertemanan mereka. Reputasi sekolah menjadi kata kunci penting mengapa sekolah tersebut menjadi rebutan atau pilihan orangtua untuk memilih sebagai tempat bersekolah bagi putra/i mereka. 

Selanjutnya tentu biaya, jika ada sekolah dengan reputasi baik, dan biaya yang pas dengan kantong para orangtua, penulis yakin sekolah itu pasti menjadi sekolah yang selalu penuh bangku kelasnya dan bahkan orangtua rela mendaftarkan anaknya mungkin dimulai anaknya belum lahir.

Hal ini sudah terjadi di salah satu sekolah swasta di salah satu kota yang penulis ketahui. Sekolah ini akhirnya memberi kebijakan untuk memprioritaskan relasi yayasan terlebih dahulu untuk menerima peserta didik baru, selanjutnya yang memiliki saudara kandung yang telah bersekolah di sana, kemudian yang memiliki kesamaan tempat ibadah di sana, selanjutnya barulah yang berani memberi sumbangan lebih ke sekolah.

Ada juga satu sekolah yang sempat penulis terkaget-kaget, yang membuat orangtua berlomba-lomba memberi sumbangan untuk sekolah hingga miliar rupiah agar anaknya diterima di sekolah tersebut. Luar biasa sekali sekolah ini, asetnya sudah pasti berlimpah dan semoga guru-guru mereka sejahtera serta fasilitas sekolahnya pun semoga mumpuni sesuai dengan sumbangan yang mereka terima.

Dari pengalaman berdialog dan mengamati hal-hal terkait persekolahan ini, penulis ijin memberikan masukan kepada yayasan atau kepala sekolah yang mendapat tugas memajukan satuan pendidikannya. Sekolah hari ini bukan hanya untuk membuat siswa/i duduk di dalam kelas dan hanya mendapatkan pelajaran akademis saja mereka perlu diberi penguatan-penguatan yang lebih berarti ketimbang hanya duduk, mendengarkan, mengulang, dan dinilai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline