Lihat ke Halaman Asli

aryavamsa frengky

A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Menghadapi Murid yang Kerap Berulah dengan Ketegasan

Diperbarui: 30 April 2023   13:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sekolah tatap muka. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Penganiayaan yang terjadi antara anak pejabat dengan anak bukan pejabat terjadi lagi. Sekilas tampak bahwa anak pejabat ini sangat brutal dan tampak seperti tak takut akan hukuman yang akan menyeretnya ke ruangan berjeruji. Permasalahan ini bukanlah hal yang baru terjadi di negara ini, lalu mengapa hal ini bisa terjadi?

Penulis teringat suatu pengalaman di saat penulis menjadi kepala sekolah di suatu SMP swasta. Saat itu penulis berupaya keras bersama tim guru untuk membentuk SMP yang memiliki warna yang tegas dalam membangun karakter murid. 

Penulis dan tim merumuskan segala langkah untuk memastikan bahwa sekolah tidak hanya memberikan siswa pengetahuan akademis saja, namun juga mengutamakan pengembangan karakter yang berkualitas agar  membantu murid menjadi unggul dalam karakter dan akademis.

Penulis menyederhanakan kedua hal ini dengan mengibaratkan sebagai dua kaki manusia, kaki kiri dan kanan. Kedua kaki ini perlu sehat, tidak boleh dominan salah satu saja, keduanya wajib untuk saling bekerjasama dan saling menjaga satu sama lainnya. Namun jika terpaksa salah satu kaki sakit, maka kaki yang wajib di jaga adalah kaki yang terkuat yaitu karakter.

Karakter unggul menjadi lebih penting dapat kita temukan dalam analogi berikut yang sering penulis gunakan untuk meyakinkan para orangtua dan murid. 

"Bayangkan kalian sebagai bos yang ingin mempekerjakan seseorang, lalu ternyata anda hanya mendapatkan dua jenis orang seperti berikut, yang satu pinter tapi tidak jujur, dan satu lagi kurang pinter tapi jujur. Yang mana kalian pilih untuk membantu pekerjaan kalian?"

Sebagian besar bahkan hampir 100% para orangtua sepakat untuk lebih mengunggulkan karakter jika terpaksa kepinteran akademis anak mereka lemah.

Kesepakatan pentingnya karakter unggul menjadi sebuah budaya yang penulis terapkan di sekolah. Budaya ini bukan jargon semata, apalagi cuman teks manis yang dipajang besar-besar di sekolah agar terkesan indah. Budaya ini penulis dan tim guru terapkan di setiap momen persekolahan, mulai dari murid datang, hingga mereka pulang sekolah bahkan hingga mereka di luar sekolah.

Budaya penguatan karakter unggul ini perlu digaungkan bukan hanya di kalangan guru, murid saja namun ke semua bagian khususnya orangtua murid. 

Penulis dan tim guru menerapkan seleksi masuk ke sekolah wajib melakukan seleksi terhadap orangtua murid, bukan hanya murid saja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline