Perang adu kebenaran sudah menjadi bagian dalam konflik hidup manusia. Tujuan perang ini lebih sering untuk memaksakan persepsi kebenaran satu pihak agar dapat digunakan dan direstui pihak lain. Jika kita kaji lebih dalam terkait persepsi ini, kita akan menyadari bahwa kita terperangkap dalam konsep kebenaran semu yang tidak luas.
Analogi ini dapat kita pahami secara mudah ketika kita melihat satu benda dengan sudut pandang tertentu, misal kita melihat sebuah kotak yang berbentuk balok. Sudut pandang kita akan menentukan persepsi kita terhadap benda yang kita lihat, sedangkan sudut pandang lainnya pun akan memberikan persepsi tersendiri untuk menilai kotak balok yang dilihat. Satu sudut pandang melihat kotak balok adalah sebuah bentang dua dimensi yang terdiri dari panjang dan lebar saja karena sudut pandangnya dilakukan dari atas tegak lurus ke arah kotak balok.
Namun sudut pandang lainnya melihat kotak balok ini melalui salah satu rusuk tegak kotak balok maka ia akan menilai benda yang dilihat ini adalah sebuah benda dengan kita sisi yang membentang yaitu sisi atas, kiri dan kanan. Apakah kedua sudut pandang ini salah atau benar? Tentu kedua sudut pandang ini tidak salah, namun bukan berarti benar. Oleh karena kebenaran dari sebuah pemahaman tentang kotak balok ini dapat dikatakan benar jika keseluruhan sudut pandang digunakan untuk mendeskripsikan kotak balok ini, jika tidak maka kita boleh mengatakan sebagai kebenaran semu atau kebenaran sesaat.
Dari sini kita dapat memahami bahwa ketika satu sudut pandang digunakan lalu dikatakan sebagai kebenaran mutlak, dan satu sudut pandang lain melakukan hal yang sama memproklamasikan sebagai sebuah kebenaran mutlak juga, maka munculah konflik kebenaran. Oleh karena itu kebenaran absolut itu tidak seharusnya dibunyikan dengan nada yang sama, namun hanya dapat dirayakan dalam kehidupan pribadi indiividu, mengapa? Ya karena kebenaran itu dapat dipahami sebagai dari buah pembelajaran yang tak putus, terus menerus, serta memerlukan waktu dan kerendahan hati untuk membuka diri mendengar dan mengkaji sudut pandang lain yang belum tentu salah dalam memberi persepsi terhadap sesuatu yang dilihat.
Belajar dari pemahaman ini, maka ketika seorang tokoh masyarakat, pemimpin kelompok atau siapapun yang terpilih karena kesamaan dogma memiliki pengaruh yang memanfaatkan kurang kritisnya pemikiran pengikutnya, mereka terus mempropagandakan kebenaran mutlak versi mereka karena mereka membutuhkan dukungan kepentingan agar cara mereka berpandangan layak diakui dan menggandeng dengan memaksa agar kebenaran yang dipahami sebagai suatu kebenaran yang absolut.
Apakah hal ini baik dilakukan guna membangun sebuah kelompok kesamaan dogma? Jika hal ini dilakukan untuk membantu anggota kelompok agar tidak terombang ambing dikarenakan kemalasan berpikir kritis, ya tidak masalah yang penting adalah tidak menyerang orang lain dengan pandangan atau persepsi lain yang berbeda sudut pandang. Selain tidak menyerang, juga tidak memaksa pihak atau kelompok lain yang memiliki sudut pandang yang berbeda. Cara ini adalah lebih toleransi dan membuahkan kedamaian antar kelompok yang berbeda pandangan.
Komunikasi antar kelompok pun tidak perlu membahas perbedaan sudut pandang, cukup membicarakan bagaimana menyelesaikan masalah kehidupan bermasyarakat, karena kehidupan bermasyarakat tidak memerlukan kebenaran absolut, mereka cukup memahami nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Perbedaan sudut pandang biasanya lebih mengarah ke pembahasan yang tak kasat mata, jauh dari pemikiran logika serta abstrak. Namun syukurnya banyak sudut pandang yang dapat selaras dalam kontekstual yang dipahami oleh manusia yang berpikir yaitu nilai universal kemanusiaan di antaranya penderitaan hidup, kesulitan hidup, kedamaian, cinta kasih, belas kasihan, peduli, humor, musik, bahasa, matematika, ilmu alam, ilmu sosial, motivasi, dan lainnya.
Semoga tulisan ini memberi kekuatan pemahaman kepada kita sebagai manusia yang berpikir kritis, bahwa demikianlah bagaimana sebuah konflik terjadi karena kita meletakan kebenaran yang kita pahami dari sudut pandang kita dan memaksanya ke orang lain. Untuk itu, jika kita sedang berbeda sudut pandang, mari dengarkan dan duduk bersama untuk saling memahami posisi sudut pandang masing-masing dan pada akhirnya kita diperkaya dari sudut pandang lain yang pada akhirnya kita semakin bijak dalam kehidupan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H