Tantangan Dai Dalam Menyampaikan Dakwah Di Era Digital dan Solusinya
Oleh Arya Tabah Sutrisno
Sebelum era digital tiba, dakwah biasanya dilakukan di depan umum, di pesantren, dan di masjid. Namun, karena dakwah sangat bergantung pada teknologi digital di zaman sekarang, maka dakwah juga bisa dilakukan dimana saja. Para dai hendaknya menggunakan platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, TikTok, YouTube, dan TikTok untuk dakwah. Mengingat mayoritas masyarakat Indonesia akrab dengan media sosial dan negara ini termasuk negara yang warganya sering menggunakannya, maka penggunaan media sosial sebagai alat dakwah merupakan hal yang masuk akal. Para dai dapat fokus pada berbagai bidang dakwah, mulai dari anak-anak dan remaja hingga dewasa dan orang tua, dengan menggunakan media sosial sebagai medianya.
Di era digital, segalanya serba instan dan tersedia bagi masyarakat. Seorang da'i dapat memanfaatkan media-media yang sudah ada, seperti tulisan, radio, atau televisi, untuk berdakwah atau menyebarkan dakwahnya. Ia juga dapat memanfaatkan media sosial dan internet untuk mengumpulkan informasi, khususnya ilmu agama, dengan tujuan melestarikan syariah dan ajaran. Oleh karena itu, media internet tidak diragukan lagi merupakan salah satu strategi dakwah yang paling penting dan berdampak pada tercapainya tujuan dakwah yang ditentukan.
Komunikasi dakwah akan mudah menjangkau khalayak sasaran jika disebarkan melalui media sosial yang saat ini berkembang pesat. Ketika seorang da'i berdakwah, ia berharap para pendengarnya memahami apa yang ingin ia sampaikan. Dari sini terlihat bahwa da'i berperan sebagai penyampai pesan, hadirin terdiri dari orang-orang yang menghadiri ceramahnya, dan materi ceramah itu sendiri adalah risalah. Tujuan dakwah adalah untuk
menyebarkan ilmu pengetahuan tentang nilai-nilai Islam, dan upaya ini tentu memerlukan teknik komunikasi yang efektif agar dakwah dakwah sampai ke
masyarakat tanpa mengurangi materinya. Kumpulan komunikasi yang telah dianalisis dan disebarluaskan kepada masyarakat menjadi isi ajaran Islam yang didakwahkan para da'i.
Dalam mengembangkan model dakwah yang sesuai di era digital, seorang da'i menghadapi sejumlah kesulitan dalam memberikan dakwah. Tumbuhnya kejahatan yang mempunyai kemampuan mengambil alih ranah digital merupakan salah satu kesulitan yang harus diatasi. Munculnya era digital telah memfasilitasi transmisi informasi, termasuk konten berbahaya. Contoh konten tersebut mencakup perjudian, pornografi, dan situs web penipuan, yang semuanya tersedia secara
online. Konten yang buruk mempunyai dampak yang sangat merugikan bagi masyarakat, khususnya umat Islam. Menurut Imam Al-Ghazali dengan tegas menegaskan bahwa nahi munkar dan amar makruf patut dikedepankan. Kita sedang menghadapi persoalan serius di justru berkembang menjadi bentuk yang lebih canggih. Banyak kejahatan yang hanya dilakukan secara manual sebelum munculnya era digital dan tidak memiliki kekuatan destruktif yang luas, kini menjadi semakin sulit dilakukan sejak saat itu. diatasi karena aktivitas tersebut memanfaatkan teknologi digital, seperti penipuan yang merupakan salah satu contoh aktivitas tersebut. Beratnya tindakan tersebut menunjukkan bahwa upaya dakwah untuk memajukan amar makruf nahi munkar perlu diperkuat.
Agar dakwah global dapat terus berlanjut, permasalahan era digital sangatlah penting. Dakwah menjawab tantangan penyampaian ajaran Islam dalam
konteks budaya yang semakin canggih secara teknologi mengingat pesatnya kemajuan informasi dan teknologi saat ini. Para da'i harus mampu membantu dalam situasi ini. Da'i harus mampu menyesuaikan diri dan merangkul kehadiran mereka di media kontemporer sambil menyadari pentingnya kemajuan teknologi. Para da'i
harus menyikapi fenomena dunia secara positif tanpa merasa terdorong untuk mengambil peran aktif dalam menyikapinya. Melalui pemanfaatan media sosial dan kemajuan teknologi, dakwah diharapkan dapat diakses oleh semua kelompok di seluruh dunia, tidak hanya mereka yang berada di satu lokasi atau komunitas. Salah satu permasalahan dakwah di masa lalu adalah jangkauannya yang sempit Oleh karena itu, menggunakan media sosial untuk menyebarkan berita tentang hal ini sangatlah penting untuk meningkatkan jangkauannya. Jangkauan dakwah yang dilakukan melalui metode ceramah di ruang terbuka dan masjid tentu terbatas; Biasanya hanya menjangkau jemaah masjid atau masyarakat setempat, tupun tidak semua orang yang tinggal di dekatnya bisa ikut berdakwah.
Berdasarkan kondisi tersebut, pemanfaatan media sosial sebagai strategi dakwah merupakan alternatif solusi yang tepat untuk mengatasi penurunan pendapatan. Wacana yang ditemukan di platform media sosial tidak hanya dapat menjangkau khalayak luas, namun juga dapat diambil dari bidang lain, seperti ekonomi dan sosiologi. Semua bidang tersebut dapat dijangkau dengan menggunakan platform media sosial. Akibat bencana alam, beberapa wilayah di dunia mengalami kerusakan parah. Namun dengan memanfaatkan media sosial, informasi kini dapat menjangkau mereka.
Para da'i harus lebih inovatif dan imajinatif agar dapat memberikan dakwah di era digital. Beberapa perbaikan dapat diciptakan untuk mengatasi permasalahan mendasar dalam bidang dakwah di era digital. terhubung dengan penyebaran kejahatan yang semakin meluas dan tanpa usaha. Untuk mengatasi permasalahan ini, para da'i harus menciptakan konten dakwah sebanyak-banyaknya, meningkatkan jumlah konten dakwah yang disebarkan melalui perangkat digital, dan mendominasi ruang digital untuk memberikan peluang lebih besar bagi masyarakat untuk mengakses konten dakwah.
Tidak dilarang menggunakan teknologi, bahkan pada zaman Nabi Muhammad SAW sekalipun. Namun teknologi belum berkembang secepat sekarang. Agar ajaran Islam mudah dipahami dan tidak ketinggalan zaman, maka umat Islam wajib mengikuti kemajuan teknologi dan mengkoordinasikannya dengan kemajuan dakwah. Dalam rangka dakwah, kemajuan teknologi patut ditanggapi dengan serius karena berpotensi mengubah cara penyampaian pesan- pesan keagamaan. Meskipun ada kelebihan dan kekurangan pada setiap kemajuan teknis sepanjang sejarah manusia, tidak semua kemajuan teknologi menguntungkan. Demi memajukan dakwah, para dakwah harus begitu memahami teknologi dan memanfaatkannya secara cerdas.
Dakwah dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dari berbagai kelas sosial dengan memanfaatkan teknologi secara bijaksana. Misalnya, media sosial
dapat menjadi instrumen yang berguna dalam menjangkau jutaan orang di seluruh dunia dengan pesan dakwah. Di sisi lain, terdapat bahaya yang terkait dengan penggunaan teknologi, seperti penyebaran informasi palsu atau konten yang tidak sejalan dengan keyakinan agama. Oleh karena itu, penting bagi para da'i untuk mempelajari teknologi, menggunakannya secara bertanggung jawab, dan terus mengasah keterampilan komunikasi media mereka. Dengan melakukan hal ini, dakwah dapat terus relevan di era digital dan mencapai tujuannya dengan lebih sukses, dengan tetap menjunjung standar moral dan keyakinan agama yang sejalan dengan ajaran Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H