Lihat ke Halaman Asli

Aryasatya Javier

Mahasiswa Universitas Brawijaya

Hidroponik: Pertanian Dengan Pemanfaatan Lahan Guna Hasil yang Lebih Maksimal

Diperbarui: 26 November 2023   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.app.goo.gl/GMMSf3sLyULS7hUc8

Pengembangan dan pembangunan sektor industri maupun jasa membuat terjadinya kelangkaan lahan. Hal ini menyebabkan usaha pertanian konvensional dinilai kurang kompetitif karena keterbatasan lahan pertanian. Alih fungsi lahan juga menjadi masalah yang dihadapi oleh petani. Seiring berkembangnya teknologi para petani yang masih menggunakan pertanian konvensional akan tertinggal (Rahmi, 2020). Peranan generasi muda yang terjun dalam bidang pertanian sangat berpengaruh pada keberlanjutan pertanian yang semakin maju seiring berkembangnya peradaban. Mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk mengatasi masalah kurangnya lahan bertani dengan mempelajari dan menerapkan sistem pertanian modern. Salah satu solusi terbaik yang sesuai dengan perkembangan teknologi untuk mengatasi masalah tersebut adalah pertanian hidroponik.

Hidroponik merupakan sistem pertanian tanpa menggunakan media tanah atau sepenuhnya menggunakan air. Salah satu manfaat sistem pertanian hidroponik yakni untuk alternatif pada lahan pertanian yang sempit agar dapat dimanfaatkan dalam peningkatan produktivitas pertanian (Gayatri & Mahyuni, 2021). Pertanian hidroponik juga dapat mengatasi masalah dalam peningkatan kebutuhan di masyarakat. Menurut Rahmi (2020) dalam Sharma et al. (2018) menyatakan bahwa hidroponik adalah metode menanam tanaman dalam luaran nutrisi dengan atau tanpa media lembam seperti kerikil, rockwool, debu gergaji, gambut, vermikulit, serat kelapa, debu sabut, dan lain-lain. Mayoritas tanaman yang diaplikasikan pada sistem pertanian hidroponik adalah komoditas sayuran seperti tanaman tomat, lada, bayam, seledri, brokoli, mentimun, cabai, kangkung terong, pare, dan berbagai jenis selada. Sistem pertanian hidroponik juga dapat dimanfaatkan pada pertanian buah, beberapa contoh komoditas buah-buahan yaitu stroberi, anggur, melon, semangka.

Menurut Fakultas Pertanian UMA (2020) teknik hidroponik sudah dikenal sejak tahun 1627 saat Francis Bacon menuliskan tentang hidroponik, ia menjelaskan bahwa tanaman dapat menggunakan media air dan bukan hanya menggunakan media tanah saja. Pada tahun 1842 Julius Von Sachs dan Wilhelm Knop meningkatkan penelitian dan mendapatkan hasil yaitu penemuan 9 elemen nutrisi yang diperlukan oleh tanaman supaya menjadi subur. Selanjutnya pada tahun 1859-1865 dilakukan penelitian dengan membuat nutrisi berupa larutan yang di dalamnya terdapat 9 elemen tersebut. Akhirnya penelitian tersebut menjadi faktor munculnya metode hidroponik, karena masih terdapat elemen selain tanah yang dibutuhkan tanaman untuk pengganti unsur hara.

 Dalam pembuatan tanaman hidroponik terdapat beberapa langkah-langkah yang bisa dilakukan antara lain mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, kemudian lubangi dan basahi rockwool, potong menyesuaikan dengan lubang tetapi jangan sampai putus, memasukan benih pada setiap lubang rockwool, tutup menggunakan plastik hitam selama semalam untuk mempercepat pemecahan kulit pada benih, selanjutnya pelarutan nutrisi dengan 1 liter air lalu ditutup rapat, potong kain flanel lalu masukan benih dengan memastikan kain flanel pada netpot menyentuh air nutrisi, dan langkah terakhir yaitu meletakan tanaman di bawah sinar matahari (Gayatri & Mahyuni, 2021) dalam kutipan (Ruswaji & Chodariyanti, 2020). Penerapan hidroponik dapat dilakukan di berbagai tempat, seperti pekarangan rumah, lahan kosong, dinding yang tidak digunakan, diatas kolam ikan, dan berbagai tempat yang memungkinkan untuk penggunaan hidroponik.

Metode pertanian hidroponik mempunyai banyak kelebihan dalam sektor pertanian, namun tidak melepas kemungkinan terdapat kekurangan. Pertanian hidroponik mempunyai banyak kelebihan dibanding dengan pertanian konvensional pada umumnya. Pertanian dengan metode hidroponik memungkinkan pemanfaatan lahan sempit dan meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil pertanian. Tanaman yang dihasilkan pada pertanian hidroponik jauh lebih baik jika dilakukan sesuai prosedur dan kegunaannya dibandingkan dengan pertanian media tanah sehingga harga jual hidroponik lebih tinggi dari produk bukan hidroponik. Menurut Gayatri & Mahyuni (2021) pertanian Hidroponik juga hemat dalam penggunaan air dan pupuk sehingga aman untuk kelestarian lingkungan serta dapat mengurangi hama dan penyakit. Sedangkan untuk kekurangan dalam pertanian hidroponik seperti biaya yang dikeluarkan di awal investasi mahal dan pertanian hidroponik banyak bergantung oleh konsentrasi dan komposisi pupuk, pH, dan suhu.

Penerapan pertanian dengan metode hidroponik akan lebih efisien dibandingkan pertanian konvensional. Sistem hidroponik dapat dijadikan alternatif yang dikembangkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan dan dapat dijadikan pilihan dalam menjalankan usaha. Metode hidroponik bermanfaat karena hanya menggunakan sedikit lahan, tenaga, dan waktu serta produk yang dihasilkan jauh lebih berkualitas yang dapat meningkatkan nilai jual. Pada era modernisasi seperti sekarang, adanya budidaya tanaman hidroponik diharapkan dapat membantu masyarakat mengubah pola hidup yang konsumtif menjadi lebih produktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline