Lihat ke Halaman Asli

Ketika Lembar Kerja Siswa Berubah Menjadi Lembar Kerja “Saru”

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tengah ramai diperbicangkan saat ini, sebab … LKS bertujuan untuk melatih dan mengukur kemampuan siswa dalam menyerap tiap materi pelajaran yang sudah dijelaskan. Namun, dengan munculnya kisah istri simpanan dan foto aktris porno Miyabi di antara LKS tersebut, maka perlu kita adakan peninjauan kembali terhadap materinya.

Para orang tua murid pastinya meletakkan harapan besar pada sekolah untuk menjadikan anak-anak mereka lebih cerdas dan santun. Tingkat keberhasilan pencapaian tujuan ini dipengaruhi oleh sistem yang berlaku, tenaga pendidik, serta fasilitas penunjang yang dimiliki. Sistem akan mempengaruhi kinerja tenaga pendidik, sebaliknya tenaga pendidik harus memastikan sistem berjalan sesuai prosedur. Baik sistem maupun tenaga pendidik, kelak akan memegang peranan pentingnya optimalisasi fasilitas yang ada, hingga akhirnya mampu mencapai tujuan. Seluruh komponen memiliki peranan masing-masing dan harus saling bersinergi.

Meskipun pihak yang merasa bertanggung jawab atas kekeliruan isi LKS telah menyatakan permintaan maaf, tetapi arang telah tercoreng bagi segenap lembaga pendidikan. Mungkin sebaiknya seluruh praktisi di dunia pendidikan harus menyadari sejak awal, bahwa sejak memutuskan diri untuk menjadi seorang pendidik baik secara langsung maupun tidak, dari ucapan sampai tingkah laku mereka menjadi panutan siswa nya. Dengan demikian, Lembar Kerja “Saru”(saru : dalam bahasa jawa berarti tidak patut, tidak senonoh) ini tidak akan ada.

Anak-anak memiliki daya serap dan imajinasi yang tinggi. Ironis sekali pada usia yang masih dini dan belia, hanya karena alasan “ketidaktahuan” pihak pendidik, mereka harus terkontaminasi bacaan tidak bermanfaat. Lalu bagaimana cara menangani ini?

Menurut Saya, ada dua alternatif yang bisa dilakukan :

1.LKS tidak dikeluarkan oleh sekolah, namun diambil alih oleh Departemen Pendidikan. Harapannya adalah hendaknya kualitas isi dan muatannya bisa dipertanggungjawabkan dan dipastikan positif bagi anak-anak didik.

2.Jika ada alasan bahwa beberapa sekolah swasta biasanya memiliki materi khusus “unggulan” sekolah masing-masing, maka bisa saja LKS disusun oleh tenaga pendidik di sekolah yang bersangkutan. Tetapi, LKS tetap harus dilaporkan terlebih dahulu dan diverifikasi oleh Departemen pendidikan. Bagi yang melanggar, kenakan sanksi administratif.

Perlu menjadi catatan disini, kedua hal di atas tidak akan efektif, apabila Departemen Pendidikan tidak memberikan peringatan dan tindakan tegas dari SEKARANG. Kita pastinya tidak ingin mendengar laporan Lembar Kerja Saru lainnya. Lakukan hal yang terbaik demi anak-anak kita. Bukan demi”kian”.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline