Lihat ke Halaman Asli

Putu Arya Prananda

Selamat datang dan semoga selalu dalam lindungan-Nya.

Kuningan sebagai Simbol Merayakan Kemenangan Dharma Melawan Adharma

Diperbarui: 20 November 2021   18:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hari raya Umat Hindu yang datang setiap 210 hari atau 6 bulan sekali yaitu Galungan dan Kuningan merupakan hari yang sakral atau penting untuk dilaksanakan oleh Umat Hindu. Karena pada hari ini di zaman dahulu, dunia kita diselimuti oleh kekuatan kejahatan yang merajalela di dunia ini. 

Tetapi, dengan kekuatan kebenaran, kekuatan kejahatan pun bisa dikalahkan. Oleh karena itu pada hari ini merupakan hari dimana kebenaran (Dharma) menang melawan kejahatan (Adharma). Sebelum hari raya Kuningan, Umat Hindu melakukan hari raya sebelumnya yaitu hari raya Galungan yang jatuh sesuai dengan kalender Bali yaitu pada hari Buddha Kliwon Dungulan atau Rabu Kliwon wuku Dungulan. 

Setelah Galungan atau lebih tepatnya 10 hari setelah hari raya Galungan akan diadakan hari raya Umat Hindu yaitu Kuningan. Lalu apa itu Kuningan? Bagaimana tahapan yang dilaksanakan saat merayakan Kuningan? Apakah Kuningan sama dengan Galungan? Dan pertanyaan lainnya.

Kuningan, merupakan salah satu hari suci Umat Hindu yang datang setiap 210 hari atau 6 bulan sekali dan biasanya dilaksanakan setelah hari suci Galungan. Kuningan jatuh pada hari Saniscara, Kliwon wuku Kuningan sesuai dengan perhitungan kalender Bali. 

Hari suci Umat Hindu ini dan juga hari suci Galungan merupakan hari dimana dahulu kala terdapat peperangan antara Bhatara Indah yang melambangkan kebenaran (Dharma) dengan Bhatara Mayandewa yang melambangkan kejahatan (Adharma). 

Dan pada saat itu, Bhatara Indah berhasil mengalahkan dan memenangkan peperangan tersebut melawan Bhatara Mayandewa, oleh karena itu hari tersebut dikenang atau diperingati sebagai hari kebenaran (Dharma) menang melawan kejahatan (Adharma) yang dikenal dengan istilah hari suci Galungan dan Kuningan oleh Umat Hindu.

Rentetan acara yang dilaksanakan sebelum dan sesudah hari suci Kuningan biasanya sama dengan rentetan acara pada hari Galungan, yaitu Penampahan Kuningan dan Manis Kuningan. Pada hari Kuningan, Umat Hindu melaksanakan persembahyangan yang ditujukan kepada kepada para Dewa dan leluhur yang diyakini turun ke dunia. 

Tetapi di hari Kuningan, pelaksanaan persembahyangan hanya dilakukan setengah hari saja, yaitu sampai dengan jam 12 siang dikarenakan Umat Hindu percaya bahwa jika sudah lewat jam 12 siang, maka para Dewa dan leluhur sudah kembali ke surga. Para Dewa ataupun leluhur kita turun dan menjenguk dan juga memberikan restu kepada kita di dunia ini di hari Galungan dan kembali lagi ke asalnya atau ke surga pada hari Kuningan. 

Oleh karena itu saat hari Kuningan biasanya dihaturkan atau dipersembahkan nasi kuning yang memiliki pengertian sebagai simbol kemakmuran. Sarana persembahyangan seperti bija juga biasanya berwarna kuning, dan ada juga Umat Hindu pada saat melakukan persembahyangan menggunakan pakaian sembahyang berwarna kuning. Hal ini dilakukan sebagai wujud syukur dan meminta kemakmuran kepada para Dewa dan juga para leluhur.

Walaupun pada zaman pandemi COVID-19 ini, Umat Hindu tetap melaksanakan hari suci Galungan dan Kuningan dengan protokol kesehatan yang ketat supaya terwujud hal yang mereka inginkan yaitu bisa melaksanakan hari suci Kuningan dan juga tetap bisa terhindar dari virus COVID-19.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline