Lihat ke Halaman Asli

Redaksi Jawa Pos Mabuk Asap Kebakaran Hutan?

Diperbarui: 2 November 2015   15:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: Scan Jawa Pos Minggu, 11 Oktober 2015"][/caption]Kebakaran hutan dalam lima tahun ini terasa semakin menjadi-jadi, setidaknya itu yang saya baca dari suratkabar lokal maupun nasional. Puncaknya terjadi pada semester ke dua tahun 2015 ini.

Semua sedih. Semua menyesalkan bagaimana negara kita yang hijau dan menjadi penghasil oksigen terbesar di dunia selain Brazil, kini justru menjadi penghasil karbon yang amat menyesakkan. Semua pun mengutuk pelaku dan berharap pemerintah tegas terhadap para pelaku perorangan maupun perusahaan. Aparat pun sudah menangkap. Walau tindakan hukum belum terdengar kabarnya dengan jelas.

Presiden pun turun langsung ke lapangan untuk memantau aparat dan petugas yang dibantu oleh TNI. Semua menyingsingkan lengan dengan segala upayanya. Di lain pihak, ada pihak tertentu yang hanya mengkritik bahkan lebih banyak menyalahkan pemerintah dalam hal ini Presiden Jokowi. Kalau para pengkritik atau istilah kerennya adalah ‘Kaum Hatter Jokowi’ dari mereka yang tak senang pada Jokowi masih bisa dimaklumi, sekalipun segala perbuatannya tidak menunjukkan kedewasaan berpikir atau etika berpolitik.

Namun, jika yang melakukan adalah media massa yang seharusnya berada di tengah sebagai kontrol sosial sungguh amat menyedihkan bahkan boleh dikatakan memuakkan!

Minggu, 11 Oktober 2015 di halaman pertama sudut kiri bawah Harian Jawa Pos, terpampang foto Soeharto mantan presiden ke dua negeri ini yang terpaksa mundur oleh gelombang demonstrasi mahasiswa 1998 dengan menggunakan masker untuk menutupi hidung dan mulutnya dari asap kebakaran hutan. Di atas foto atau gambar Soeharto tertulis “TERBUKTI ENAK JAMANKU TENAN…” Tentu para pembaca mengetahui apa yang dimaksud.

TERBUKTI ENAK JAMANKU TENAN? Hanyalah ucapan dari pemikiran mereka yang berpandangan negatif atau terbuai kenyamanan masa lalu. Bukan berpandangan ke depan.

Sungguh amat disesalkan dan betul-betul amat sangat menyedihkan sekali Jawa Pos sebagai media yang seharusnya bisa member pencerahan kepada para pembaca justru membuat sebuah pandangan pesimis tentang saat ini. Apakah redaksi Jawa Pos sedang mabuk asap kebakaran yang membuatnya tak bisa berpikir jernih?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline