Lihat ke Halaman Asli

Masih Adakah Polisi Bertugas Memakai Sepeda Pancal?

Diperbarui: 25 Oktober 2015   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepuluh tahun yang lalu, mudah dijumpai polisi berdiri tegap di sudut-sudut persimpangan jalan untuk mengawasi lalulintas. Kalau toh ada pos tempat menjaga, biasanya hanya berupa bangunan semi permanen bercat ala kuda zebra serta beratap seng. Panas menyengat sepertinya bukan menjadi halangan untuk menjaga ketertiban. Kalau gerimis mereka segera minggir dan kembali ke pos. Bila hujan turun segera kembali ke kantor pusat. Anggota polisi bertugas menggunakan motor pribadi juga banyak dijumpai.

Sekarang, pos polisi di persimpangan jalan banyak yang permanen. Dilengkapi AC, tivi, dan bacaan suratkabar. Anggota polisi pun sering hanya mengawasi dari dalam. Baru keluar jika lalulintas perlu diatur. Atau mereka bosan berada di dalam pos. Anggota polisi yang bertugas pun banyak yang memakai motor dinas.

Semua sarana dan prasarana di atas diadakan untuk meningkatkan dan memperlancar kinerja kepolisian di jaman yang sudah serba cepat. Di mana masyarakat juga menuntut keamanan dan kenyamanan. Untuk kepolisian juga menyediakan sepeda pancal ( model ATB ) untuk patroli di jalan raya. Setidaknya itu yang saya lihat di Malang.

Selengkap apa pun sarana dan prasarana, kinerja tergantung pada sumber daya manusia. Apalah artinya pos yang bagus jika tidak dirawat. Di depan tampak berwibawa tetapi di belakang menjadi tempat berjualan pedagang K5 dengan menaruh barang seenaknya. Apalah artinya sepeda pancal untuk anggota biker jika tidak digunakan. Hanya jadi pajangan bahwa itu ada. Tak lain. Sepeda diikat dengan rantai pada sebatang bambu. Taman tempat menaruh sepeda pun ditumbuh rerumputan liar yang mengganggu pemandangan. Terakhir saya melihat anggota biker kepolisian yang menggunakan sepeda sekitar tujuh tahun yang lalu.

Kalau toh memang ‘pasukan atau anggota khusus’ ini memang tidak jalan tentunya lebih baik dibubarkan dan sepedanya dilelang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline