Lihat ke Halaman Asli

Melestarikan Budaya Lewat Media Sosial: Karawitan Margahayu RW 02 Buktikan Bahwa Tradisi ini Tak Lekang Oleh Waktu

Diperbarui: 15 Juni 2024   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa KKN UNTAG SURABAYA bersama Tim Karawitan Margahayu Medokan Semampir

Surabaya 15/06/2023 - Ditengah derasnya modernisasi masih ada
warga Surabaya yang melestarikan seni karawitan. Group Seni
Karawitan tersebut mempunyai nama Margahayu, seni musik
tradisional yang berasal dari Jawa, tumbuh dan berkembang di
daerah Jawa Tengah, Yogyakarta hingga Jawa Timur.
Istilah "karawitan" sendiri berasal dari bahasa Jawa "rawit" yang
berarti halus dan lembut. Hal ini mencerminkan ciri khas penyajian
musik karawitan yang anggun dan penuh perasaan.
Karawitan identik dengan gamelan, yaitu seperangkat alat musik
tradisional yang terbuat dari perkusi logam dan kayu. Namun,
karawitan juga mencakup seni suara, baik vokal maupun
instrumental, yang menggunakan tangga nada slendro dan pelog.
Dalam industri Karawitan  Margahayu ini terdapat berbagai
peran dan profesi yang saling berkaitan untuk menjaga dan
mengembangkan seni musik tradisional ini. Ada beberapa
diantaranya yaitu: Pengrawit, Dalang, Sinden, Komposer, Pengrajin
Alat Musik, Peneliti, Pendidik dan Penyelenggara alat pertunjukan.
Oleh karena itu, kami mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945
Surabaya terdiri dari 3 tim yang bernama Ganesh Trisunu, Veren Putri Samaya, dan Arya Pandu Kristiawan dengan Dosen
Pembimbing Lapangan kami yang bernama Moh. Nor Ali Aziz,
S.T., M.T. dari Program Kuliah Kerja Nyata berinisiatif untuk
melestarikan seni karawitan yang bernama Marga Hayu melalui
media sosial di balai RW 2 medokan semampir, Sukolilo kota
Surabaya dan untuk karawitan ini dipimpin oleh Bapak Tugimin.
"Margahayu sendiri mempunyai makna mba mas yaitu,
MARGAHAYU diambil dari kata Marga yang artinya adalah jalan
dan Hayu sendiri mempunyai makna selamat, jadi Margahayu itu
jalan yang selamat, supaya tidak terpengaruh dari negara barat.
Kurang lebihnya seperti itu mba mas. Dan siapa lagi yang
melesatrikan atau nguri-uribudaya jawa terutama gamelan ini kalau
bukan kita sebagai generasi penerus budaya" Ujarnya
Bapak Tugimin mengatakan, mereka berlatih mulai dari nol dengan
mendatangkan pelatih seminggu sekali di Balai RW 02 atas izin
Ketua RW setempat.
Tak hanya sekadar mengisi waktu di tengah pembatasan saat
pandemi, lebih dari itu, Margahayu hadir juga untuk mengedukasi
sekaligus memperkenalkan kesenian tradisional kepada generasi
muda.
"Khususnya untuk anak-anak muda. Padahal kita sudah
mengenalkan dengan setiap kali kami latihan di Balai RW, tapi
mereka masih enggan untuk ikut," ujarnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline