Lihat ke Halaman Asli

Aryanto Husain

photo of mine

Adaptability

Diperbarui: 23 April 2020   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Salah satu keunggulan manusia bisa bertahan hidup adalah kemampuannya beradaptasi. Semua makhluk memiliki itu. Namun manusia melakukannya dengan kesadaran. Berbeda dengan hewan yang proses adaptasinya secara alamiah. 

Manusia beradaptasi seringkali karena sesuatu yang dialaminya. Adaptability, kemampuan beradaptasi inilah yang membuat manusia selalu bisa survive dalam setiap kondisi.

Kecuali saat ini, ketika pandemic COVID-19 mendera. Kali ini kita menyerah. Virus Sars-Cov2 ini benar-benar digdaya. Terus bermutasi dengan perkembangan yang menakjubkan. 

Di awal penyebaraan, saat sang virus masih di kandangnya di Wuhan, analisis pakar mengatakan masa inkubasi sang virus berlangsung dalam kurun waktu 1-14 hari. 

Beberapa saat kemudian, banyak laporan mengungkapkan PDP yang positif setelah 14 hari. Bahkan yang sudah divonis negatif dalam kurun waktu itu, justeru positif di hari ke 21.

Media penularannya juga membuat manusia menggelengkan kepala. Di awal hanya melalui droplet terutama saat kita bersin. Sekarang dari laporan medis tentang pasien-pasien positif, penularan sudah lewat udara (airborne). 

Sang virus melayang di udara lebih lama dari sebelumnya. Salah satu studi terbaru menemukan penularan bisa melalui kulit dan mata. Karena perkembangan dan mutase ini, semua tentang virus corona menjadi makin tidak pasti.  

Ketidakpastian memang mengkhawatirkan bagi yang takut mengambil resiko. Sebaliknya menjadi tantangan bagi yang kreatif. Franck Zenasni, seorang psikolog, menemukan orang-orang yang mau menerima ketidakpastian adalah orang yang sangat positif. 

Orang-orang ini mampu bekerja dalam situasi yang kompleks dengan hasil yang kadang tidak memuaskan. Mereka menjadi pembelajar sejati, agile learner. 

Dalam masa pandemic COVID-19 ini kita bisa menemukan mereka di laboratorium, di rumah-rumah sakit. Mereka adalah ilmuan dan para dokter yang terus tertantang mencari solusi menghentikan penyebaran virus corona.

Jonathan Fields dalam bukunya Uncertainty. Turning Fear and Doubt into Fuel for Brilliance (2011) mengatakan, ketidakpastian sering menuntun langkah kita berujung pada novelty dan inovasi. Kita sering tidak puas dengan status quo dan selalu ingin melakukan perubahan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline