[caption id="attachment_295446" align="aligncenter" width="640" caption="Stasiun Lempuyangan (14 Feb 2014 ; 07.35)"][/caption]
Harusnya saya berangkat ke Surabaya hari ini, tetapi apa boleh dikata ketika bencana datang tanpa permisi dan segala rancangan manusia pun harus tunduk. Adalah pagi pukul 05:00 ketika suasana syahdu masih menyelimuti, dari balik jendela kost terlihat titik-titik putih turun perlahan. Jalanan, kendaraan, dan pepohonan semua menjadi putih tertutup oleh abu vulkanik.
Hujan abu kali ini adalah yang pertama kali saya rasakan, sungguh bersyukur bisa merasakan pengalaman ini. Di lain sisi, pikiran ini pun bertanya-tanya, jika di Yogyakarta yang tidak begitu dekat saja abunya sudah pekat, bagaimana dengan keadaan mereka yang tinggal di daerah radius bencana. Jarak pandang terbatas, gelap, dan tak banyak warga beraktifitas di luar sana.
Terlepas dari bencana gunung Kelud yang sedang meletus, nampaknya hujan abu kali ini mampu mengubah sekaligus mengingatkan kembali esensi mulia dari hari Kasih Sayang yang tepat diperingat hari ini. Gambaran akan sepasang kekasih, coklat, dan sesuatu yang romantis semua digantikan oleh kelabunya abu dan sepinya kota dari hingar bingar.
Mungkin, hujan abu ini seolah hendak berkata, " Tinggallah di dalam rumah, berkumpul dengan keluarga dan orang tercinta, sekalipun kalian tidak bisa keluar, tapi hangatkanlah rumah kalian, bangun kembali api kasih sayang yang sudah memudar."
Selamat menikmati hangatnya kebersamaan bersama sahabat dan keluarga :)
Salam,
[caption id="attachment_295448" align="aligncenter" width="640" caption="Yogyakarta dalam balutan abu"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H